KENAPA AKU MENULIS?

0
369

“Sungguh, cukup lama aku tidak suka menulis, hingga takdir menyeretku untuk berubah. Iya, berubah dari yang tadinya tidak suka menulis menjadi kecanduan menulis dan pada akhirnya menulis menjadi sebuah kebutuhan primer yang harus kupenuhi agar jiwa ini tetap fit dan bergelimang nutrisi”

 

Jujur, awalnya aku tak suka menulis. Bagaimana bisa suka menulis? Sementara, menulis saja aku tak terbiasa. Dulu, menulis itu, ku ibaratkan sebagai virus. Karena menurutku virus, maka tentu saja, aku harus menghindarinya, supaya tak terserang penyakit. Sama persis, ketika seseorang menghindar, ketika wabah penyakit menerjang di lingkungan tempat tinggalnya.

 

Sungguh, cukup lama aku tidak suka menulis, hingga takdir menyeretku untuk berubah. Iya, berubah dari yang tadinya tidak suka menulis menjadi kecanduan menulis dan pada akhirnya menulis menjadi sebuah kebutuhan primer yang harus kupenuhi agar jiwa ini tetap fit dan bergelimang nutrisi.

 

Lantas, sebuah pertanyaan sering kali muncul dan dilemparkan kepadaku. “Wahai ustadz Husni, kenapa Anda menulis dan suka menulis. Apa sih! Sebenarnya motif dan tujuan Anda suka menulis itu?” tanya beberapa siswa dan sebagian rekan kerjaku penasaran.

 

Untuk mengetahui apa alasan dan tujuan aku suka menulis. Maka, mari ikuti uraianku ini dengan saksama. Ada beberapa hal yang menjadi alasanku, kenapa aku menulis.

 

  1. Dengan menulis, menjadikan akal pikiran semakin cerdas dan lebih terasah.

 

Seseorang yang sedang menulis, sebenarnya ia sedang berpikir untuk memecahkan masalah dan mengurai solusinya. Semakin sering menulis, maka semakin sering pula otak kita bekerja. Bekerja untuk berpikir, merangkai kata, mengurai solusi, serta mempertajam ide dan gagasan.Dengan menulis, otak semakin encer, semakin tajam dan pastinya meningkatkan kualitas daya pikir. Sama halnya, ketika kita sering mengasah pisau. Pisau yang sering diasah, akan menjadikannya lebih tajam. Semakin sering diasah dan dipergunakan, ketajaman pisau akan semakin hebat sementara pisau yang tak pernah diasah dan tak pernah dipakai, cenderung mudah berkarat dan tumpul. So, Anda mau pilih yang mana?, menjadi pisau tumpul serta mudah berkarat atau justru pisau tajam nan mengkilap.

 

  1. Menulis itu, menyegarkan pikiran dan melepaskan beban.

 

Dengan menulis, pastinya segala kepenatan pikiran akan tersalurkan, segala beban akan terurai, dan segala persoalan berangsur-angsur terlepaskan meski hanya tersalurkan melalui tulisan. Namun setidak-tidaknya, ini cukup mengurangi beban pikiran yang selama itu terpendam dan mengelayuti pikiran. Semakin banyak beban persoalan yang engkau simpan di alam pikiran, tanpa pernah engkau keluarkan melalui tulisan, maka sesungguhnya, hal ini bisa menyebabkan tingginya angka stres yang menjerat alam pikiran kita. Hehe.

 

So, Anda mau pilih yang mana? Pikiran yang fresh, tanpa beban ataukah justru terpuruk dalam beban pikiran sebab berjuta persoalan yang selalu engkau pendam.

 

  1. Menulis itu, membahagiakan dan menyenangkan.

 

Menulis adalah cara terbaik, mengungkapkan rasa, mengeluarkan ide dan perasaan. Menulis adalah solusi terbaik membangun kebahagiaan. Iya, merajut kebahagiaan dengan mengurai apa yang engkau pikirkan. Merajut kesenangan dengan deretan perasaan yang telah engkau tulis melalui kilauan mutiara tulisan.

 

Banyak penulis yang awalnya bermuka masam, berubah penuh senyuman dan terpancar aura kebahagiaan, setelah mampu menyelesaikan dan merampungkan beberapa tulisan. Apalagi merampungkan naskah buku dan mendapat kabar diterimanya naskah buku itu di penerbit, terlebih Penerbit Mayor. Woow, pastinya senang bukan? Hehe… Anda tidak percaya?, silakan buktikan.

 

  1. Ada kepuasan, setelah menulis. Terlebih mampu berkarya buku. Sungguh, kenikmatan agung, yang tak mampu kubendung. Nikmatnya tak mampu tergantikan, meski dibayar dengan uang sekalipun. Meski engkau mendapatkan royalti dari apa yang telah engkau tulis, namun sesungguhnya bukan itu kenikmatannya, melainkan kepuasan batin atas kemampuan kita dalam berkarya.

 

Iya, berkarya buku, yang akan melejitkan namamu. Berkarya buku, yang akan mengabadikan namamu. Berkarya buku yang akan mengukir namamu dalam goresan tinta sejarah dan insyaAllah terbalut amal jariyah.

 

Ingatlah, Jangan pernah merasa minder, jika hanya satu kata yang mampu engkau gores. Jangan pernah merasa gagal, jika hanya satu kalimat yang mampu engkau tulis dan jangan pernah merasa lelah dan putus asa, jika hanya satu paragraf yang mampu engkau urai.

 

Ingatlah, rangkaian kalimat itu berawal dari deretan kata dan rangkaian paragraf itu bermula dari deretan kalimat. Jangan pernah mencibir atau bahkan menghina kemampuan menulis, baik diri sendiri terlebih orang lain.

 

Seseorang yang suka mencela tulisan atau bahkan menghinanya, sebenarnya bukti pengakuan atas ketidakberdayaannya. Mencela, sebenarnya membuktikan bahwa ia tak mampu. Ia tidak suka kalau melihat orang lain sukses.

 

Sebaliknya, memberikan penghargaan dan dorongan atas apapun kualitas tulisan kita terlebih orang lain adalah bukti kedewasaan dalam bersikap. Hargai dan beri apresiasi atas beraneka rupa tulisan kita, dan tulisan orang lain.

 

Ingatlah, setiap tulisan pasti punya penggemarnya dan setiap tulisan pasti punya idolanya. Teruslah menulis, jangan pernah lelah apalagi harus berhenti. Teruslah menulis dengan warna kemampuanmu, teruslah menulis dengan ciri khasmu. Jadilah diri sendiri dengan warna khas tulisan yang engkau punya. Karena sejatinya, setiap penulis punya karakter masing-masing yang terkadang berbeda-beda.

 

Jangan pernah engkau ragu atas kemampuan menulismu. Jangan pernah merasa minder, atas warna tulisanmu. Jangan pernah merasa kerdil apalagi harus putus asa, jika orang lain tak menghargai tulisanmu.

 

Ingatlah, Berawal dari tulisan, peradaban bisa berkembang. Berawal dari tulisan kemajuan bisa diraih. Ayo, berkaryalah demi kebermanfaatan. Ayo, menulislah, menebar kebaikan demi mencerdaskan diri dan sesama. Semoga langkah kita mendapat ridho-Nya.

 

 

“Menulis adalah cara terbaik, mengungkapkan rasa, mengeluarkan ide dan perasaan. Menulis adalah solusi terbaik membangun kebahagiaan. Iya, merajut kebahagiaan dengan mengurai apa yang engkau pikirkan. Merajut kesenangan dengan deretan perasaan yang telah engkau tulis melalui kilauan mutiara tulisan”

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here