Menjaga Keutuhan Bangsa

0
208

Menjaga keutuhan bangsa tidak bisa lepas dari usaha membangkitkan atau memupuk rasa nasionalisme. Arti nasionalisme menurut KBBI adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Tanpa adanya rasa cinta terhadap bangsa dan negara sendiri alias cinta tanah air maka tidak mungkin seseorang mau menjaga keutuhan bangsanya.

Beberapa tahun terakhir banyak terjadi kasus yang dapat mengoyak keutuhan bangsa di negeri ini. Misalnya, kasus da’i Fulan yang mengharamkan wayang karena wayang dinilai menyerupai makhluk hidup. Padahal wayang merupakan warisan budaya Nusantara yang pernah menjadi media dakwah wali songo dan bentuknya dibuat sedemikian rupa, seperti dibuat pipih dan berhidung panjang serta matanya besar sekali agar tidak menyerupai makhluk hidup.

Kemudian، muncul kasus-kasus pencekalan sejumlah da’i oleh sekelompok orang. Karena, ceramah da’i tersebut dianggap mereka dapat memecah belah umat. Kasus-kasus tersebut sempat viral di media sosial sekian lama. Apabila kasus-kasus semacam itu tidak segera ditangani dengan baik maka akan dapat menimbulkan konflik yang berkepanjangan dan tentu saja akan memecahkan perpecahan bangsa. Karena, masing-masing kelompok dari ormas atau partai tertentu merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar dan apa yang disampaikan oleh da’i dari kelompok lain adalah melanggar aturan. Ujung-ujungnya kesatuan bangsa pun menjadi goyah.

Di era sosmed ini perseteruan antara kelompok yang berbeda aliran pemahaman nyaris menjadi konsumsi sehari-hari. Satu kelompok mengklaim bahwa kelompoknya adalah yang sesuai sunah. Sedangkan kelompok lainnya menyelisihi sunah atau ahli bid’ah Jika hal demikian dilakukan terus maka kapan bangsa Indonesia bisa bersatu?

Penulis tidak bisa membayangkan bagaimana akibatnya jika masing-masing kelompok mau menangnya sendiri. Oleh karena itu menjaga keutuhan bangsa dengan membangkitkan rasa nasionalisme tanpa ke luar dari koridor agama Islam adalah sebuah keniscayaan.

Mayoritas bangsa Indonesia adalah beragama Islam. Sehingga menjaga keutuhan bangsa haruslah diiringi dengan menjaga agama Islam. Dalam konteks ini berarti setiap pemeluknya mau berpegang teguh pada ajaran agama Islam dan mengikuti jejak suri tauladan Rasulullah Shalallahu alayhi wasallam.

Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallahu alayhi wasallam bersabda,
“Orang yang beriman satu sama lain laksana sebuah bangunan yang menguatkan satu sama lain.” (HR Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ahmad)

Nabi juga memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana seorang muslim memperlakukan muslim lainnya. Diriwayatkan dalam sebuah hadits, setiap mukmin yang satu dengan yang lainnya itu laksana satu tubuh.
“Kamu melihat kaum mukminin dalam kasih sayang mereka, belas kasih mereka dan sepenanggungan mereka laksana satu tubuh, apabila satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh pun ikut merasakannya dengan tidak dapat tidur dan demam.”(Al-Bukhari)

Menjaga keutuhan bangsa menuntut umat Islam untuk memupuk rasa nasionalisme dan sekaligus bersatu menjaga persatuan bangsa (umat) sebagaimana ayat-Nya berikut ini.
Allah berfirman,
“Dan berpegang teguhlah kalian semua kepada tali Allah dan janganlah kalian bercerai-berai.” (QS Ali Imran: 103)

Berpegang teguh pada tali Allah mengandung pengertian bersatu, tidak bercerai-berai dan terpecah belah yang didasari kalimat tauhid. Bersatu atas dasar keyakinan tersebut merupakan pondasi utama untuk membangun keutuhan NKRI.

Dalam ayat di surat lainnya, Allah ta’ala berfirman,” Dan bahwa yang Kami perintahkan ini adalah jalan-jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.” (Al-An’am:153)

Dari situ dapat dikatakan bahwa Allah azza wa jalla memerintahkan hamba-Nya untuk mengikuti jalan-Nya yang lurus, bukan jalan-jalan yang lain. Dengan jalan yang lurus, unat Islam tak mudah tercerai berai.

Islam juga mengajarkan umatnya untuk berbuat kebaikan dan dalam ibadah tertentu mengutamakan pelaksanaan nya secara berjamaah. Misalnya sholat berjamaa.. Dengan sholat berjamaah, umat Islam tidak hanya mendapatkan keutamaan sholat berjamaah yaitu pahala yang berlipat ganda, tetapi juga kesatuan dan persatuan umat Islam.
Demikian pula ketika umat Islam menunaikan ibadah haji ke baitullah Mekkah, berjihad fisabilillah, membangun masjid dan madrasah. Umat Islam berupaya melakukannya secara berjamaah. Karena, sesungguhnya kekuatan umat Islam terletak pada kesatuan dan persatuan jama’ahnya. Yang pada akhirnya berdampak pada keutuhan NKRI.

Sebuah bangunan akan berdiri kokoh jika komponen-komponen di dalamnya saling mendukung dan dalam kondisi baik alias tak ada komponen yang retak. Misalnya, ada pondasi, tiang-tiang penyangga, beton bertulang, batu-bata dan genteng yang dalam kondisi baik. Tetapi, jika komponen-komponennya ada yang retak maka jangan berharap bangunan tersebut akan berdiri kokoh. Begitu pula bangunan yang bernama NKRI. Jika komponen-komponen masyarakatnya baik. Saling bersatu, saling menolong dan saling menghargai. Hidup damai berdampingan. Maka keutuhan NKRI pun akan terjaga.

Sebaliknya, jika komponen masyarakatnya–yang sebagian besar umat Islam–rapuh. Ada banyak keributan dan pertengkaran di dalamnya. Maka perpecahanlah yang terjadi. Sehingga keutuhan NKRI pun ternoda. Kalau sudah begini, siapakah yang merugi?
Semua warga NKRI merugi. Hidup tidak lagi damai. Di sana sini banyak terjadi kekacauan. Musuh-musuh berdatangan. Mereka bergembira ria menikmati kekayaan negeri ini.

Bondowoso, 31 Mei 2023.

Biodata

Abdisita Sandhyasosi. Alumni psikologi Unair. Pernah ngajar di PP Al-Ishlah Bondowoso. Ibu lima anak. Tinggal di Bondowoso. Pernah aktif di Blog Kompasiana. Kini, aktif di Blog Retizen Republika. Penulis buku solo “5 Kunci Sukses Hidup” (Tinta Medina, 2017) dan sejumlah buku antologi Quantum Belajar (Genius Media,2016), Mata Air Pesantren (Genius Media, 2016), Aku, Buku dan Membaca (Akademia Pustaka, 2017), Perempuan Dalam Pusaran Kehidupan (Diandra, 2018), Gaya Hidup Di Era Pandemi Covid-19 (Sahabat Pena Kita, 2021) Titik Balik Menuju Cahaya (Sahabat Pena Kita, 2021), Inspirasi Menulis dan Menerbitkan Buku (Oase, 2021) Profesor Ngainun Naim (Sahabat Pena Kita, 2022) FB Sakura Hurulaini. Email: hamdanummu27@gmail.com

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here