Ramadan Momen Spesial

0
76

Ramadan bagi penulis adalah momen spesial karena umat Islam wajib berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadan.

Puasa adalah ibadah kepada Allah dengan cara menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum dengan sengaja, muntah dengan sengaja, haid dan nifas dan bersetubuh. Dilakukan sejak terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat untuk meraih rida-Nya semata.

Dunia dengan segala pesonanya tidak lebih dari tempat memuaskan tiga nafsu yaitu perut, syahwat dan kekuasaan. Pada bulan Ramadan, ketiga nafsu itu melemah. Ketika ketiga hal itu melemah maka sesungguhnya hidup di dunia ini hanyalah kesibukan untuk mempersiapkan bekal ke kampung akhirat. Dan
Ramadan adalah sebaik-baik momentum untuk mempersiapkan bekal ke kampung akhirat dan juga menempa diri menjadi pribadi takwa. Allah ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(Al-Baqarah: 183)

Bulan Ramadan adalah bulan mulia. Karena, Al-Qur’an diturunkan-Nya pertama kali pada bulan Ramadan. Sebagaimana firman-Nya berikut ini, “Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil.” (QS Al-Baqarah:185)

Saat Ramadhan pintu surga dibuka, setan-setan dibelenggu dan pintu neraka ditutup. “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan pun dibelenggu.” Setan di sini dimaknai sebagai sifat bukan makhluk sejenis jin. Sehingga setan akan terbelenggu jika kita sendiri mau membelenggunya dengan takwa.

Pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan ada ‘Lailatul Qodar’ atau malam kemuliaan dan seorang muslim berpeluang berjumpa dengannya jika ia benar-benar mempersiapkan bekal puasanya di bulan Ramadan. “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada lailatul qodar (malam kemuliaan) Dan tahukah kamu malam kemuliaan itu? Malam kemulian itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS Al-Qadr:1-3)

Terdapat waktu mustajab untuk berdoa kepada-Nya. Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka setiap hari di bulan Ramadan dan setiap muslim apabila ia berdoa maka Allah pasti mengabulkannya.”

Setiap muslim yang menjalankan ibadah puasa dengan sempurna berpeluang meraih predikat takwa. “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah:183)

Orang yang berpuasa kelak tidak hanya terhalang dari siksa neraka, tetapi juga mendapatkan syafaat di hari kiamat, ampunan-Nya dan dapat memasuki surga lewat pintu Ar-Rayyan.

Beberapa sunah dalam berpuasa di bulan Ramadan antara lain adalah mengakhirkan makan sahur. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, ” Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR Bukhari no. 2923 dan Muslim no. 1095).

Ketika sudah tiba waktunya berbuka, hendaknya kita segera berbuka puasa. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, “Manusia akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098) misalnya dengan seteguk air atau kurma. Dan berbuka dengan doa, “Dzahabazh zhoma-u wabtallatil ‘uruuqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah dan pahala telah ditetapkan Insya Allah) (HR Abu Daud no. 2358). Boleh juga doa puasa yang lain.

Sunah lainnya adalah memberi makan orang yang berpuasa. Karena, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa memberi makan orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun. Dan memperbanyak amalan salat sunah seperti tilawah, sedekah dzikrullah, salawat dan istighfar.

Pada sepuluh hari terakhir Ramadan, yang di dalamnya ada malam Lailatul Qadar kita dianjurkan untuk banyak membaca doa ini, “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa ‘fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku). (HR. Tirmidzi no. 3513)

Bondowoso, 30/03/2024.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here