Oleh: Abd. Azis Tata Pangarsa
Kemarin, ada seorang sahabat curhat pada saya, bahwa istrinya sering melalaikan tugasnya sebagai ibu juga tugasnya sebagai istri. Waktu luangnya, selalu saja diisi dengan bermain Ipad. Entah itu main game atau bersosialisasi media facebook ataupun chat WA. Semuanya gara-gara Ipad baru, yang notabene nya dibeli oleh istrinya sendiri, bukan dibelikan oleh suaminya yang sahabat saya itu.
Karena sudah emosi memuncak, suatu ketika Ipad istrinya pun dibanting dan dirusakkan oleh sang suami. Suaminya melakukan itu semata-mata bertujuan, agar istrinya tidak lagi main gadged Ipad dan fokus untuk menjadi ibu dan istri yang baik. Tidak lagi membuang waktu untuk ‘ngutili’ Ipad barunya saja sepanjang waktu.
Sebenarnya istrinya adalah istri yang sholihah dan baik. Buktinya ia hanya diam dan menurut saja ketika suaminya marah tidak memperbolehkan lagi bermain game dan sosial media di Ipad. Tak ada tangis dan rasa sedih dari wajah yang istrinya tampakkan pada suaminya.
Satu bulan sudah sahabat saya melakukan embargo pada istrinya. Sikap istrinya pun berubah semakin sayang pada suaminya. Apapun kehendak suaminya dituruti tak pernah ia melawannya.
Namun, apa yang terjadi di balik wajah tidaklah seperti yang tertampakkan. Usut punya usut, ternyata justru dengan hancurnya Ipad-nya membuatnya kecewa, sedih dan dendam pada suaminya. Dibalik wajah tegar yang ia tunjukkan, ia menangis. Diam-diam istrinya pun menggugat cerai suaminya. Sahabat saya pun sedih, karena cuma gara-gara emosi menghancurkan ipad saja akhirnya mereka mesti berpisah.
Dari kejadian ini, saya berpikir; betapa sering kita emosi. Tujuannya memang baik, tapi merusak dan penghancuran penyebab ketidakbaikan itu yang tidak baik. Sama seperti ketika melihat anak kecil corat-coret tembok pakai spidol, langsung spidolnya dirampas dan dibuang.
Dalam konteks yang lebih luas tentang masalah sosial, mungkin pernah kita menonton berita tentang rumah pelaku kejahatan yang dihancurkan, pembakaran orang yang tertuduh mencuri, perusakan fasilitas umum, dan lain-lain. Tujuannya mungkin baik, tapi cara-cara emosional dan kriminal justru membuat masalah baru yang berpotensi merusak dan membuat kerugian yang lebih besar dan luas tidak hanya bagi diri pelakunya tapi juga orang lain.
Ibarat kita dihadapkan pada masalah celana yang sobek, saking emosinya sekalian dirusak dan dibuang lalu tidak pakai celana sekalian. Itu bukan solusi tapi justru membuat problem baru. Jahitlah celana sobekmu atau beli celana baru jika sudah tidak bisa dipakai lagi. Jangan sampai sama sekali tidak pakai celana, selain membuat malu bisa bikin masuk angin.
#gara2_ipad_jadi_cerai