KORELASI KEARIFAN LOKAL, TOLERANSI, DAN MODERASI BERAGAMA

0
1745

KORELASI KEARIFAN LOKAL, TOLERANSI, DAN MODERASI BERAGAMA

Muhammad Chirzin

Istilah kearifan lokal terdiri atas dua kosakata, yakni kearifan dan lokal.
Arif berarti berakal, berilmu, berpaham, berpengetahuan, bestari, bijaksana, cerdas, pintar, dan terpelajar.

Lokal ialah domestik, tempatan, regional, nasional, dalam negeri.

Kearifan ialah kebijaksanaan yang mencerminkan kecerdasan, kepintaran, kecendekiaan.

Kearifan lokal berarti kebijaksanaan dan kecendekiaan yang dimiliki atau bersifat domestik, tempatan, regional atau nasional maupun dalam negeri, baik asli maupun serapan dari khazanah luar.

Kearifan lokal dapat bersifat verbal berupa pepatah-petitih, mutiara kata, peribahasa, parikan, dan idiom yang mengandung nilai-nilai kearifan tertentu yang terwariskan dari generasi ke generasi. Kearifan lokal dapat pula berbentuk sikap maupun tindakan. Hal itu menjadi celupan, sibghah, cirikhas, pakem, trade mark komunitas tertentu. Bila seseorang bertindak dan bertingkah laku menyalahi kearifan lokal tersebut, ia mendapat kondite atau penilaian miring bahkan negatif. Orang Jawa yang tidak mengenal dan menerapkan kearifan lokal sebagai etika disebut “ora njawa” (tidak berkepribadian Jawa).

Kearifan lokal berfungsi sebagai pemandu tatakrama pergaulan sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.

Kearifan lokal Jawa, misalnya, bila dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia atau lainnya akan bergeser maknanya.

Di antara kearifan-kearifan Jawa adalah berikut.
Ngono yo ngono ning aja ngono (begitu ya begitu tapi jangan begitu).
Ungkapan itu mengandung pesan agar seseorang tidak berlebih-lebihan dalam berucap, bersikap, maupun berbuat kepada pihak lain. Maksudnya, agar orang itu tepa selira (tenggang rasa, toleransi).

Peyek yo peyek ning aja diremet-remet — ngenyek yo ngenyek ning aja banget-banget (memperolok boleh, tapi jangan keterlaluan).

Salah seleh (siapa yang bersalah niscaya mengakui kesalahannya dengan segala konsekuensinya).

Sing waras ngalah — yang berakal sehat mengalah.

Gusti ora sare — Tuhan tidak tidur. Hal itu senafas dan mungkin pula bersumber dari Al-Quran: La ta`khudzuhu sinatun wala naum – Dia tidak mengantuk dan tidak tidur – QS 2: 255).

Empan papan — meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Warga Jogja mempunyai tradisi Tapa Mubeng Beteng — berjalan mengitari benteng Keraton Yogyakarta dengan membisu pada malam 1 Suro/Muharram. Tapa bisu merupakan momentum untuk melihat ke dalam, mawas diri, evaluasi diri, di tengah keriuhan kehadiran orang-orang lain yang sama-sama melakukan muhasabah, seperti muslim yang berthawaf mengitari Ka’bah.

Istilah Perayaan Sekaten berasal dari kearifan dakwah para Wali menyampaikan pesan Syahadatain – dua kalimat syahadat sebagai kesaksian memeluk Islam.

Jimat Kalimosodo — Ajian Kalimat Syahadat. Siapa yang memegang teguh dua kalimat syahadat akan selamat, bahagia, dan sejahtera di dunia dan akhirat.

Crah agawe bubrah, rukum agawe santosa. Ungkapan itu semakna dengan ujaran: Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh — united we stand, devided we fall.

Pesan Al-Quran:
Innamal mu`minuna ikhwatun — all believers are brothers — semua bersaudara.

Bhinneka tunggal ika – berbeda-beda tetapi satu jua.

Assalamualaikum — Salam sejahtera untuk kita semua.

What I hear I forget. What I see I remember. What I do I understand (Confusius)

Semua akan indah pada waktunya.

Cintailah saudaramu seperti mencintai dirimu sendiri.
Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan.

Toleransi adalah sikap dalam pergaulan hidup yang mengandung arti penerimaan, pengertian, kesabaran, pemaafan, tenggang rasa, keterbukaan; tasamuh (Arab); tepo seliro, pangerten (Jawa). Orang yang toleran lapang dada, murah hati, pemaaf, terbuka, dan sabar.

Toleransi ialah sikap menenggang, menghargai, membiarkan, dan membolehkan pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan kelakuan yang berbeda dengan pendirian sendiri. Toleransi berarti meng-iya-kan apa yang ada serta menerima hal itu sebagaimana adanya.

Dalam konteks dunia pendidikan, seorang guru memaafkan murid yang terlambat datang ke sekolah, karena rantai sepeda lepas di jalan; menenggang murid yang berulang kali bertanya karena belum mengerti maksud pelajaran yang dihadapi; murid membiarkan temannya menggunakan karet penghapus miliknya.

Dalam kehidupan keluarga, istri memaafkan suami pulang ke rumah tanpa membawa uang, karena gajian ditunda esok hari; suami menghargai masakan istri kurang bumbu atau terlalu banyak garam; kakak membolehkan adik meminjam mainannya; adik membolehkan kakak rebah-rebah sejenak di kamarnya.

Dalam konteks interaksi sosial yang lebih luas, direktur perusahaan membolehkan karyawan menunaikan shalat di sela jam kerja; pengemudi menghentikan kendaraan ketika seorang pejalan kaki menyeberang; Nabi Muhammad saw memohonkan petunjuk buat kaum Thaif yang melempari batu lalu mengusirnya saat berdakwah, dan membiarkan seorang Badui kencing di halaman masjid.

Perbedaan pandangan, keyakinan, dan agama merupakan fenomena alamiah, order of nature, ketentuan alam, sunnatullah. Tuhan membuat keragaman umat beragama dalam pandangan dan praktik. Pluralitas merupakan conditio sine qua non penciptaan makhluk di muka bumi.

Kata kunci ajaran Islam tentang moderasi beragama antara lain ialah
Ummatan Wasathan.

Allah swt berfirman dalam Al-Quran:

Demikian Kami telah menjadikan kamu, umat Islam, umat yang adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul Muhammad menjadi saksi atas perbuatan kamu. Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu sekarang melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Sungguh pemindahan kiblat itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS 2:143)

Khairu Ummat

Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS 3:104)

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS 3:110)

Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS 16:125)

Kulu wasyrabu wala tusyrifu

Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS 7:31 )

Ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan, dan janganlah tergesa-gesa membelanjakannya sebelum mereka dewasa. Siapa di antara pemelihara itu yang mampu, maka hendaklah ia menahan diri dari memakan harta anak yatim itu, dan siapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi tentang penyerahan itu bagi mereka. Cukuplah Allah sebagai Pengawas atas persaksian itu. (QS 4:6)

Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (QS 3:147)

Orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. (QS 40:38)

Wala tajal yadaka maghlulatan ila unuqika… – janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (boros), karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS 17:29)

Waqshid di masyyika maghdud min shautika… – Dan sederhanalah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS 31:19)

Orang-orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebihan, dan tidak pula kikir, dan pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian. (QS 25:67).

Islam itu wasathiyah — Islam itu moderat; tidak ekstrem, tidak radikal.
Muslim menghargai dan mengapresiasi kearifan lokal dari mana pun sumbernya, dan toleran kepada siapa saja.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here