Kuatkan dengan Cinta

0
1975

Oleh: Hibatun Wafiroh, S.Pd. Si, M.Pd.

Pembina Tahfidz Alquran SMPN 2 Kedungpring

Saat kita jatuh cinta, maka hati terus bergelora. Tak sedetikpun pikiran luput dari si dia. Seharian tak ingin berhenti menyebut namanya. Selalu indah mengingat kenangan bersamanya. Jika tak bertemu dengannya hati menjadi resah. Dan jika sudah berjumpa, rasanya tak mau berpisah.

Cinta. Fitrah yang telah Allah anugerahkan kepada setiap insan. Cinta merupakan rasa terhadap apa yang diinginkan jiwa. Masih ingatkah bagaimana saat kita mencintai si dia? Pasti ada rasa ingin selalu membahagiakannya. Hati bergetar saat ada yang menyebut namanya. Marah jika ada yang melecehkannya. Selalu ingin jadi pahlawan yang melindunginya. Cemburu jika diduakannya, dan pasti kecewa jika dihianatinya. Ada sikap rela melakukan apa saja untuknya. Juga siap berkorban apapun demi si dia. Bahkan tak jarang, sangat ikhlas menjadi budaknya. Begitulah cinta.

Bayangkan jika cinta itu ada untuk Alquran. Jika sehari saja tak membacanya, tentu kita merindukannya. Selalu ingin bersama Alquran setiap harinya. Ada semangat yang tinggi untuk menelaahnya. Berusaha keras untuk memahaminya dan berusaha mengamalkan isinya. Alangkah indahnya siang malam terus bersamanya. Namun, sudahkah kita mencintai Alquran yang seharusnya menjadi pedoman hidup (hujjah) bagi kita? Jika belum, maka kita perlu belajar bagaimana cara  mencintainya.

Bagaimana cara mencintai Alquran? Orang yang belum mencintai Alquran, dia wajib tidak menampakkan rasa tidak cintanya. Dan wajib baginya untuk belajar bagaimana cara menumbuhkan cinta kepada Alquran. Kata orang, tak kenal maka tak sayang. Sebelum datang rasa cinta, tentu harus mengenalnya terlebih dahulu. Mengenal Alquran berarti mempelajari apa itu Alquran, apa saja keutamaannya, apa saja isinya, bagaimana tafsirnya, dan sebagainya. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, “Alquran adalah jamuan Tuhan. Rugilah orang yang tidak menghadiri jamuan-Nya, dan lebih rugi lagi yang hadir tetapi tidak menyantapnya.”

Seorang pemuda yang baru menyelesaikan tahfidz Alquran bercerita kepada teman-teman di kampungnya.  Dia mengisahkan bagaimana awalnya harus dipaksa menghafalkan Alquran oleh orang tuanya. Diantar dan kemudian ditinggal di pondok pesantren dan wajib  mengikuti serangkaian kegiatan tahfidz dengan sangat disiplin. Tahun pertama dia mengalami tekanan psikologis. Ingin berlari dari semua kegiatan rutinnya. Namun, ternyata dia masih mampu bertahan hingga di tahun kedua, mulai menyukai kegiatannya, kemudian mencintainya. Dia merasa bersyukur bisa ikut menghafalkan Alquran di pondok tersebut, dan ingin lebih memperdalam keilmuannya. Semua itu terjadi karena dia sudah mengenal Alquran lebih dalam. Karena merasa dekat dengan Alquran, maka dia ingin terus belajar dan mengajarkan Alquran. Sesuai sabda Rasulullah, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya.”(HR Bukhari)

Keluasan Alquran dari berbagai sisi takkan habis kita kaji. Sungguh tak pantas jika hanya dengan bisa membacanya, lalu mengaku sudah khatam mempelajarinya. Jika kita mencintainya, tentu akan selalu antusias dan berusaha terus mempelajarinya. Alquran ibarat lautan tak bertepi dan sumur tanpa dasar. Allah menggambarkan keluasan kandungan Alquran dengan firman-Nya, “Katakanlah, “Sekiranya lautan tinta untuk menuliskan kata-kata Tuhanku, pasti lautan akan habis sebelum habis kata-kata Tuhanku, sekalipun mesti Kami tambahkan tinta sebanyak itu.”(QS. 18:109). Kemudian di dalam ayat yang lain disebutkan, “Sekiranya pohon-pohon di bumi adalah pena dan samudera adalah tinta, dan sesudah itu ditambah dengan tujuh samudera, firman Allah tidak akan habis ditulis. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”(QS 31: 27).

Menghafalkan Alquran sejak dini sangatlah bagus. Apalagi jika sebelum kita mengajak orang lain untuk menghafalkan Alquran, kita tanamkan rasa cinta terhadap Alquran. Menghafal Alquran tanpa cinta, maka akan terasa tak bermakna.  Sebaliknya jika menghafalkan Alquran dengan cinta, maka akan dapat menumbuhkan perilaku, akhlak, dan karakter yang mulia. Ada kekuatan cinta yang terlibat di dalamnya.

Para ulama berpendapat bahwa diantara sebab yang bisa mendatangkan kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah membaca dan mencintai Alquran. Ciri-ciri hati yang cinta pada Alquran adalah: (1) senang jika berjumpa dengan Alquran, (2) tidak merasa jenuh dan bosan ketika duduk bersama dan membacanya, (3) jika jauh darinya, ia akan selalu merindukannya, (4) banyak berkomunikasi dan merujuk pada Alquran sebagai petunjuk dalam menghadapi masalah, (5) taat dan patuh pada apa yang tertulis dan tercantum di Alquran, dan (6) mau belajar tafsirnya dan berusaha mengamalkan isinya.

Banyak diantara kita yang mengaku cinta pada Alquran. Namun, tentu cinta yang kita harapkan bukanlah sekadar ungkapan lisan. Alquran tidak butuh cinta gombal kita. Butuh bukti nyata sebagai wujud cinta kita. Saya masih selalu tertampar saat mengaku mencintai Alquran. Apalagi saat Ustadz Syarif, Pengasuh Ponpes Istana Alquran mengingatkan dalam ceramahnya, “Kalau anda mengaku mencintai Alquran, maka jangan pernah menghianatinya”.

Pernahkah kita merasa menghianati Alquran? Tidak jarang kita enggan menemuinya dan memilih bercengkrama dengan media sosial. Tidak menyentuhnya dan memilih menikmati gawai berjam-jam. Bahkan terkadang tanpa sadar melanggar larangannya dengan terbawa arus ghibah pada sesama. Astaghfirullah.

Saya bersyukur masih banyak yang mengingatkan kita tentang pentingnya mencintai Alquran. Apalagi beberapa tahun terakhir program Tahfidz Alquran sudah banyak mendapatkan perhatian dari pemerintah, lembaga pendidikan, maupun masyarakat. Dan yang tak kalah penting syiar di televisi maupun media lain sangat memotivasi dan menginspirasi kita semua. Bukan hanya senang dan bangga melihat generasi cilik fasih melantunkan Alquran. Namun, lebih dari itu, kita bisa menjadi lebih semangat untuk mengenal Alquran, mencintai, terus mempelajari, dan mengamalkannya. Karena Alquran adalah surat cinta dari Allah. Dan tentunya kita sangat berharap bisa meraih cinta-Nya. Semoga[].

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here