Mengaji Kitab Washoya Aba Lil Abna
Oleh Agung Kuswantoro
Bulan Ramadhan adalah bulan pendidikan. Ramadhan tahun ini (1445 Hijriah), saya dan keluarga ingin belajar kitab “Washoya Ala Lil Abna”. Kitab ini ditulis oleh Al-Faqir ilaihi ta’ala kiai Bisyri Mustofa, Rembang. Kitab ini dicetak oleh penerbit Menara Kudus.
Kitab yang “relatif” kecil ini ditulis dengan arab pegon bahasa Jawa (halus). Kitab ini berisikan nasihat-nasihat (ilmu) dari seorang Bapak (baca: Ala) kepada anak (baca: Abna), gambarannya kurang lebih seperti itu.
Penulis menggambarkan dirinya adalah seorang anak. Didalam kitab tersebut penulis membahasakan dirinya dengan kata “ku”. Dimana, seolah-olah adanya dialog dengan pembaca dan seolah-olah yang membaca adalah pelakunya. Setelah itu, penulis menyampaikan pesan-pesan (baca: ilmu) sesuai dengan judulnya.
Kitab dengan 46 halaman ini dilengkapi dengan gambar sesuai dengan judulnya. Sehingga menjadikan pembaca (baca: anak) lebih tertarik untuk mempelajarinya. Pada bagian awal penulis menjelaskan tentang: Ibu, Bapak, Saudara, dan orang fakir miskin. Setelah itu, penulis menjelaskan tentang: kebersihan, anggota badan (wajah dan rambut). Dilanjut dengan materi: baju, sepatu – sandal, kaos kaki, dan sepatu. Materi selanjutnya tentang: sekolah, pergi ke sekolah, pembelajaran di sekolah, berkunjung ke saudara, waktu libur, ibu sakit, adab meminta, menyiksa kucing, menabung, anak “nakal”, dan cita-cita.
Keunggulan kitab ini adalah ilmu yang disampaikan sesuai dengan ajaran-ajaran agama berdasarkan Al-Qur’an – Hadits sehingga menanamkan akhlak yang luhur kepada anak seperti: berbakti kepada orang tua, menjaga kebersihan rambut, kuku, dan menjaga kebersihan wajah, menyayangi saudara, menjaga silaturahim kepada saudara, menuntut ilmu, merawat orang tua yang sakit, tata krama meminta, budaya menabung, dan meraih cita-cita.
Ajaran-ajaran (baca: nilai-nilai) tersebut sangat dianjurkan oleh agama Islam kepada anak, dimana ilmu sebagai pondasi untuk hidup di dunia dan akhirat yang berdasarkan keimanan.
Penulis tidak hanya memberikan teori tetapi bercerita, seperti judul: bersilaturahim ke saudara. Dimana, dalam judul tersebut mengisahkan libur sekolah selama 7 hari. Bapak mengajak anak berkunjung ke saudara (Pak Cilik). Didalam cerita tersebut terjadi dialog antara anak dan bapak.
Kelebihan lain dari kitab ini adalah penulis mampu memberikan syiir yang berkaitan dengan judul pembahasan seperti berikut ini.
Aku cilik dirumati dening Ibu kang gemati
Disusuni didulangi dicewoki disandangi
Aku tansah dipikirna dening Bapak bengi rina
(halaman 5)
Untuk kelemahan kitab ini, menurut saya tidak ada. Mungkin ini saka, bahwa buku tersebut dijual dengan harga “sangat murah” yaitu Rp. 3.200,00. Artinya: setiap orang mampu membelinya. Hanya saja, mau tidak untuk: membeli, membaca, dan mempraktikkan pesan dari KH. Bisyri Mustofa tersebut.
Sekadar sharing/berbagi cerita saja, kitab ini sangat cocok dikaji oleh orang tua kepada anak usai sholat. Artinya: orang tua menuntun anak untuk membaca kitab ini. Orang tua mendampingi anak untuk belajar kitab ini. Jangan sampai hanya membaca, tanpa ada pemahaman atau pesan yang didapatkan tiap judul. Jika mampu mengkajinya antara orang tua – anak, atau Bapak – Anak, maka (mungkin) inti pesan kitab tersebut adalah pembelajaran nilai-nilai akhlak yang diberikan seorang Bapak kepada anaknya.
Saya mencoba mempraktikkan itu, usai sholat kepada kedua anak saya. Terlebih bulan Ramadhan ini, semoga Ramadhan sebagai bulan pendidikan bisa kita raih dengan belajar kitab. Salah satunya, kitab “Washoya Al Aba Lil Abna”. Semoga kita semua bisa belajar kitab tersebut dan dimudahkannya dalam belajar.
Semarang, 17 Maret 2024/6 Romadhon 1445 H.
Ditulis di Rumah jam 10.30 – 11.20 Wib.
Agung Kuswantoro, alumni Madrasah Diniyah Wustho & Ulya Salafiyah Kauman Pemalang dan Alumni Madrasah Hidayatus Sibyan Pemalang, dosen Pendidikan ekonomi Administrasi Perkantoran Universitas Negeri Semarang, HP/WA: 08179599354, email: agungbinmadik@mail.unnes.ac.id
