Israel, Palestina, dan Kemanusiaan

0
787

Ngainun Naim

 

Masyarakat seluruh dunia—kecuali yang pro—sedang sangat geram. Serangan Israel terhadap Palestina sudah tidak mempertimbkan dimensi kemanusiaan lagi. Rumah sakit dihancurkan. Begitu juga dengan fasilitas umum dan tempat-tempat vital lainnya. Anak-anak, orang tua, dan kaum perempuan menjadi korban. Tidak ada lagi pertimbangan kemanusiaan dan etika. Apa pun dalihnya, serangan Israel sungguh sulit diterima nalar waras.

Aksi-aksi mengutuk Israel dan mendukung Palestina digelar di berbagai tempat di dunia. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari aksi damai, demonstrasi, boikot produk Israel, penggalangan dana, dan banyak aksi lainnya. Muaranya adalah bagaimana agar Israel menghentikan serangan yang tidak mempertimbangkan kemanusiaan terhadap Palestina.

Saya sungguh tidak bisa memahami mengapa Israel sedemikian membabi buta. Hal ini sejalan dengan ketidakpahaman saya atas sejarah panjang konflik Israel dan Palestina. Informasi yang saya terima hanya sporadis. Dulu saya mengetahui nama Yasser Arafat. Lalu ada PLO. Belakangan Hammas. Entahlah, cukup rumit hal-ikhwal Israel. Saya kira realitas yang sesungguhnya jauh lebih rumit dan tidak mudah untuk diurai.

Tentu saya tidak memiliki kapasitas untuk menulis detail tentang topik ini. Pengetahuan saya sangat terbatas. Satu sikap saya yaitu mengutuk Israel yang telah melakukan serangan yang tidak manusiawi.

Beruntung saya terbantu dengan sebuah buku sangat bagus karya Regina Sharif. Judulnya Akar Zionisme Non Yahudi di Inggris dan Amerika. Buku ini judul aslinya al-Shahyuniyah Ghayr al-Yahudiyyah Judzuruha fi al-Tarikh al-Gharbiyyah yang diterjemahkan dan mendapatkan prolog dari Prof. Dr. KH. Imam Ghozali Said, Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya. Buku yang diterbitkan oleh Markaz al-Firdaus Sidoarjo tahun 2020 ini cukup membantu saya mengetahui tentang beberapa aspek dari  Yahudi, Israel, dan Zionisme.

Kata pengantar yang ditulis oleh Prof. Masdar Hilmy, M.A., Ph.D juga membantu untuk memahami secara baik kondisi yang ada. Prof. Masdar memiliki pengalaman berinteraksi dengan orang Yahudi yang berprofesi sebagai pedagang tas dan jaket kulit saat beliau studi doktoral di Universitas Melbourne Australia. Dari interaksi tersebut diperoleh klarifikasi tentang tiga hal, yaitu Yahudi sebagai agama, Israel sebagai negara, dan Zionisme sebagai ideologi. Ketiganya tidak selalu sama. Ini penting dipahami agar tidak ikut arus dalam generalisasi.

Saya menemukan frasa menarik dari Prof. Masdar yaitu zionisme merupakan salah satu bentuk penindasan kolonial paling mutakhir. Wajar jika ideologi ini menjadi ideologi paling kontroversial di dunia. Tidak semua orang Yahudi mendukungnya. Namun secara umum masyarakat menganggap setiap orang Yahudi adalah Zionis.  Padahal tidak. Banyak juga orang Yahudi yang mengutuk Zionisme.

Zionisme, sebagaimana ditulis oleh Regina Sharif, tidak selalu terkait dengan Yahudi. Ada juga Zionisme non Yahudi. Buku Regina Sharif fokus pada zionisme non Yahudi. Ini saya perspektif menarik yang memberikan pengetahuan baru.

Buku Regina Sharif menelisik secara mendalam Zionisme. Paparan di bab demi bab memberikan informasi yang jelas, mulai dari sejarah, persebarannya di berbagai wilayah di dunia, dan ditutup di bab akhir tentang dinamika Palestina. Meskipun buku ini aslinya terbit tahun 1985, namun informasi yang terkandung di dalamnya bisa memberikan pijakan tentang apa, mengapa, dan bagaimana konteks konflik Israel Palestina hari ini.

Membaca buku semacam ini cukup penting untuk memahami realitas yang sekarang tengah terjadi. Di tengah belantara informasi yang sedemikian deras, membaca buku menjadi pilihan untuk mendapatkan informasi secara lebih komprehensif.

 

Tulungagung, 25.11.2023

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here