MENJADI GURU PROFESIONAL DI ERA GLOBALISASI

0
5219

MENJADI GURU PROFESIONAL DI ERA GLOBALISASI

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro*

 

 

PENDAHULUAN

Saat ini kita berada di era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini berdampak pula di bidang pendidikan. Berkaitan dengan hal itu, maka dunia pendidikan harus berbenah sesegera mungkin dalam berbagai aspek. Keterlambatan dan ketidaksiapan dunia pendidikan dalam mempersiapkan diri menyambut era globalisasi akan mengakibatkan gagalnya pendidikan. Produk pendidikan akan menjadi kadaluarsa dan hanya akan menjadi beban peradaban. Barisan akademisi dan intelektual  produk pendidikan yang tidak disiapkan untuk hidup di era globalisasi akan mengalami keterasingan di kancah persaingan global. Oleh karena itu, dunia pendidikan, dalam hal ini adalah para pendidik harus memahami situasi di era globalisasi dan mampu mensikapi dengan bijaksana serta juga mampu membekali anak-anak didiknya dengan kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup di era globalisasi.

 

Strategi Guru Menghadapi Era Globalisasi

Era globalisasi yang ditandai dengan kecepatan akses informasi dan kompetisi seyogyanya disadari oleh setiap guru agar ia mampu membekali peserta didik dengan kemampuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk hidup di era globalisasi tersebut. Beberapa kemampuan dan  keterampilan (baca : kompetensi) yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik (artinya menjadi tugas guru untuk mengajarkannya dalam pembelajaran) agar nantinya mereka mampu eksis di era globalisasi antara lain kemampuan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), penguasaan bahasa asing (pendukung kemampuan berkomunikasi), jiwa kompetitor dan kemandirian, kemampuan penalaran, berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan mampu bekerja sama dalam teamworks.

Kompetensi-kompetensi yang diperlukan di era globalisasi tersebut harus ditanamkan ke setiap peserta didik dan itu tugas setiap guru sebagai bentuk tanggungjawabnya terhadap pemberian jaminan mutu terhadap anak didiknya. Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut tidaklah mudah dan sederhana karena tidak semua guru mampu melaksanakannya. Hanya guru-guru yang memiliki jiwa pendidik sejati dan memiliki kepribadian seorang pembelajar sejati-yaitu menjadi pribadi yang memiliki semangat untuk terus belajar dan meningkatkan kompetensi- sajalah yang mampu mewujudkannya. Jadi untuk mensukseskan program penyaiapan peserta didik menjadi generasi yang siap menghadapi era globalisasi, maka harus diawali dari pendidiknya dulu. Dalam hal ini menjadi tugas pemerintah (Kemendikbud dan Kemenristekdikti) untuk menyiapkan guru-guru yang memiliki mental pembelajar sejati. Perlu ada program berkesinambungan untuk mengubah mindsite para guru agar memiliki mindsite pembelajar sejati.

Dalam implementasinya di kelas, setiap guru hendaknya mampu menyelenggarakan proses pembelajaran yang mengakomodir dan memfasilitasi peserta didik untuk berlatih dan membiasakan kompetensi-kompetensi era globalisasi.  Melalui pemberian aktivitas-aktivitas belajar (disesuaikan dengan metode pembelajaran yang diterapkan) yang dapat melatih peserta didik untuk mensimulasikan kompetensi-komptensi era globalisasi akan mampu menghasilkan generasi yang siap menghadapi era globalisasi.

 

MENJADI GURU YANG MULTISKILLS, HARUSKAH?

Era globalisasi dikenal dengan era kompetitif dan era multiskills (memiliki beberapa keahlian). Artinya orang yang sukses hidup di era globalisasi adalah mereka-mereka yang memiliki jiwa pejuang dan didukung dengan multiskills yang dimilikinya. Di era globalisasi, setiap orang dituntut untuk tidak hanya memiliki satu jenis kompetensi atau keahlian, tetapi seyogyanya memiliki beberapa keahlian. Oleh karena itu, di dalam keprofesian pendidik pun seorang guru juga seharusnya tidak hanya memiliki satu keahlian saja karena tugas keprofesiannya berkaitan dengan upaya mendidik, membimbing, mengajar, mentauladani dan menyiapkan peserta didik agar nantinya mereka dapat eksis di kehidupan di era globalisasi. Di era globalisasi guru tidak cukup hanya ahli bidang ilmu, tetapi juga harus ahli komunikasi, ahli psikologi, ahli bersosialisasi, dan ahli menghibur.

Seorang guru profesional harus mampu melaksanakan pembelajaran dalam kondisi dan situasi yang bagaimanapun. Jika seorang guru bertugas mengajar di kelas yang siswa-siswinya pendiam dan cenderung pasif, maka ia harus mampu mengaktifkan siswanya untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan metode-metode mengajar yang kreatif dan inovatif. Ketika ia kebetulan bertugas mengajar di jam terakhir dimana siswa-siswinya kecenderungannya kurang semangat dan kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, maka ia harus mampu membangkitkan antusiasme dan semangat belajar siswa dengan cara-cara yang kreatif dan menyenangkan (menghibur) sehingga siswa kembali bergairah untuk belajar.

Seorang guru juga harus pintar dalam berkomunikasi dengan siswa ketika mengajar di kelas, ia harus mampu menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian seluruh sisiwa di kelas, ia harus mampu menampilkan diri bak seorang model atau artis terkenal sehingga menarik perhatian seluruh siswa di kelas. Ketika menjelaskan materi pelajaran, seorang guru harus berupaya mampu berbicara sejelas mungkin dan semenarik mungkin bagaikan seorang pembaca berita professional atau artis host acara di TV. Jadi kalimat “di era globalisasi guru tidak cukup hanya ahli bidang ilmu, tetapi juga harus ahli komunikasi, ahli psikologi, ahli bersosialisasi, dan ahli menghibur” memiliki makna bahwa di era globalisasi seorang guru harus mampu beradaptasi (menyesuaikan diri dengan lingkungan belajarnya) dan menampilkan diri sebagai sosok pendidik professional yang dapat mendidik siswa dengan berbagai kondisi dan karakteristiknya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Guru adalah sebuah profesi yang multiskills dan adaptif.

 

MENJADI GURU YANG AHLI MERANCANG PEMBELAJARAN

Guru yang profesional adalah sosok pendidik yang profesional dalam segala aspek. Seorang pendidik yang kompeten di bidang professional (materi pelajaran) dituntut mampu memilah-memilih materi utama dan materi prasyarat. Guru yang professional harus mampu menyusun hierarkis konsep materi pelajaran sehingga materi pelajaran dapat diajarkan secara runtut dan sistematis. Guru yang professional harus mampu mengajarkan nilai-nilai karakter dalam setiap pembelajarannya. Oleh karena itu, setiap guru professional harus memiliki kemampuan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam setiap materi pelajaran yang diajarkannya.

Di samping itu, setiap guru profesional harus mampu mendisain pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa melatih dan mempraktikkan ketrampilan-ketrampilan era globalisasi dalam kegiatan belajarnya. Oleh karena itu, guru yang professional harus mampu merancang aktivitas-aktivitas belajar yang mengakomodir ketrampilan-ketrampilan era globalisasi sehingga siswa dapat melatihnya di kegiatan belajarnya.

Strategi yang dapat dilakukan guru agar dapat mengajarkan materi pelajaran, karakter dan ketrampilan tanpa kehabisan waktu pelajaran adalah :

  1. Menyusun hierarkis konsep-konsep pelajaran sehingga dapat mengajarkan materi pelajaran dengan runtut dan sistematis, mengetahui mana konsep yang menjadi prasyarat dan mana konsep yang menjadi materi utama pelajaran.
  2. Mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam setiap penyajian materi pelajaran.
  3. Merancang aktivitas-aktivtas belajar siswa yang mengakomodir ketrampilan-ketrampilan era globalisasi dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Penerapan suatu metode, model ataupun pendekatan dalam proses pembelajaran memang harus sama persis dengan langkah-langkah dalam metode tersebut. Seorang pendidik professional harus mampu memodifikasi langkah-langkah metode tersebut disesuaikan dengan kondisi peserta didiknya. Dengan memodifikasi aktivitas dalam langkah-langkah metode pembelajaran yang dipergunakan maka diharapkan akan diperoleh hasil belajar yang maksimal sesuai yang diharapkan. Sebagai contoh perbandingan metode  Discovery Learning dan metode Dicovery Learning yang dimodifikasi.

Tahap Discovery Learning Discovery Learning Termodifikasi
1. Stimulation (pemberian rangsangan)

Aktivitas belajar :

Guru mengajukan pertanyaan, meminta siswa membaca buku, dll.

Stimulation (pemberian rangsangan)

Aktivitas belajar :

Guru menyajikan permasalahan  berupa suatu kasus atau data eksperimen yang merangsang siswa untuk ingin tahu lebih lanjut.

2. Problem Statement (pernyataan masalah)

Aktivitas belajar :

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan materi pelajaran untuk kemudian dipilih salah satu dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis

 

Problem Statement (pernyataan masalah)

Aktivitas belajar :

Guru menyajikan data-data suatu eksperimen, kemudian memandu siswa memperhatikan bagian-bagian data yang agak janggal sehingga dapat memancing timbulnya pertanyaan pada siswa.

 

3, Data Collection (pengumpulan data)

Aktivitas belajar :

Guru memberi kesempatan siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan kebenaran hipotesisnya

Data Collection (pengumpulan data)

Aktivitas belajar :

Guru memandu dan mendampingi siswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan kebenaran hipotesisnya

4. Data Processing (pengolahan data)

Aktivitas belajar :

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengolah data/informasi yang dikumpulkan dan menafsirkannya

Data Processing (pengolahan data)

Aktivitas belajar :

Guru memberikan panduan kepada siswan berupa kata kunci atau clue tentang bagaimana cara mengolah data yang telah dikumpulkan dan bagaimana cara menafsirkan hasil olah data.

5. Verification (pembuktian)

Aktivitas belajar :

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dirumuskannya.

Verification (pembuktian)

Aktivitas belajar :

Guru memandu bagaimana cara siswa membuktikan kebenaran rumusan hipotesisnya

6. Generalization (penarikan kesimpulan)

Aktivitas belajar :

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Generalization (penarikan kesimpulan)

Aktivitas belajar :

Guru memandu dan mendampingi siswa dalam menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi.

 

Metode Discovery Learning bagus digunakan untuk melatih siswa belajar menemukan konsep-konsep pelajaran sesuai materi pelajaran yang diajarkan. Metode ini akan berhasil dengan maksimal jika siswa yang dikenai perlakuan memiliki rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi dan memiliki jiwa suka tantangan serta kemandirian untuk melakukan proses belajar. Lantas, bagaimana jika ada seorang guru yang akan menerapkan metode Discovery Learning sedangkan siswanya belum mampu belajar mandiri, rasa ingin tahunya rendah dan kurang menyukai tantangan? Nah, di sinilah kreativitas dan improvisasi guru   diperlukan.

Metode Discvery Learning tetap dapat diterapkan dengan memodifikasi beberapa aktivitas belajarnya tanpa perlu mengubah sintaks (langkah-langkah) metode pembelajaran. Berbeda dengan siswa yang sudah mampu belajar mandiri, maka untuk siswa yang belum mampu belajar mandiri perlu ada pendampingan dari guru. Misalnya pada tahap “Problem Statement”, guru tidak dapat hanya  memberi kesempatan siswa untuk bertanya atau mengindentifikasi masalah karena siswa belum mampu, maka guru perlu memancing dan memicu siswa untuk menemukan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam paparan data eksperimen. Cara guru untuk memancing dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan panduan/arahan/petunjuk tentang bagian-bagian mana dari paparan data yang harus diperhatikan siswa dengan diiringi kata-kata yang bernada memancing, misalnya “ada yang aneh gak dengan data ini?”, “ada yang janggal gak dengan data ini?”, “menurut kalian data ini wajar gak?”, dll. Dengan strategi seperti ini maka TANPA menggurui siswa, maka siswa dengan sendirinya akan lebih fokus memperhatikan data eksperimen dan menemukan masalah-masalah yang ada.

Berikut ini contoh pendampingan yang diberikan guru ke siswa agar siswa  dapat berlatih menemukan konsep sendiri melalui metode pembelajaran dengan Discovery Learning:

Guru : “Anak-anak, coba perhatikan data uji daya hantar listrik beberapa larutan pada table 1 ini. Dari data ini, apa kesimpulan kalian?

(suasana kelas hening, siswa tidak ada yang menjawab pertanyaan guru).

Guru : “Anak-anak, coba kalian perhatikan data nomor 1 & 2, lalu nomor 3 & 4, lalu nomor 5 & 6, lalu nomor 7, lalu nomor 8,9,10 dan terakhir nomor 11. Jika kelompok-kelompok data tersebut dibandingkan, apakah ada perbedaan hasil pada data pengamatan?”

Siswa : “Ada perbedaan hasil pak guru”

Guru : “Bagus. Nah, sekarang bisakah kalian merangkum perbedaan hasil pengamatan di antara kelompok-kelompok data tersebut?”

Siswa : “Bisa pak guru”

Guru : “Bagus sekali. Nanti setelah kalian merangkum perbedaan data pengamatan, lanjutkan dengan memperhatikan jenis larutan kimia dan rumus kimianya. Kira-kira apakah ada hubungannya antara jenis larutan kimianya dengan hasil pengamatan? Apakah kalian paham dengan yang bapak maksud?”

Siswa : “Paham pak guru”

Guru : “Baik. Sekarang kalian semua membentuk kelompok sesuai pembagian kelompok yang sudah dibagi dan kerjakan tugas yang bapak instruksikan tadi. Apakah kalian sudah siap?”

Siswa ; “Siaaap pak guru!” (siswa menjawab dengan semangat dan segera bergabung dengan masing-masing kelompoknya).

Guru : “Baik. Segera kerjakan tugasnya. Selamat  bekerja anak-anak! “

(Guru memonitoring siswa bekerja berkelompok dengan berkeliling melihat setiap kelompok untuk memastikan bahwa tidak ada siswa yang mengalami kesulitan dalam proses penemuannya).

 

Demikian sedikit sumbangsih gagasan pemikiran tentang bagaimana menjadi guru (pendidik) yang profesional. Menjadi pendidik yang profesional bukanlah hal yang tidak mungkin. Melalui semangat meningkatkan kompetensi dan menjiwai profesinya akan mampu menghasilkan sosok-sosok pendidik yang profesional dan dirindukan oleh para peserta didik. Semoga bermanfaat.

_________________________

*Staff Pengajar, Penulis Buku dan Pegiat Literasi di Universitas Sebelas Maret (UNS)

*Mahasiswa Program Studi S3-Pendidikan Kimia PPs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here