Perempuan dan Pendidikan: Implementasi Pemikiran Kartini

0
82

SoViola

Pendidikan dan Perempuan. Kedua elemen yang berbeda akan tetapi saling berkaitan. System Pendidikan jika tidak melibatkan perempuan maka dapat dikatan itu bukan esensi Pendidikan, karena Pendidikan merupakan sebuah proses dalam menciptakan keadilan yang humanis. Dengan mengaliansi perempuan dan Pendidikan, maka sama halnya dengan melanggengkan kebodohan untuk didominasi oleh kekuasaan.

Rekognisi Pendidikan bagi perempuan dianggap salah satu permasalahan yang cukup berat bagi perempuan, nyatanya yang terjadi selama ini perempuan selalu dipandang sebelah mata. Hal ini disebabkan karena Pendidikan bagi perempuan tidak diterapkan secara fundamental tetapi hanya sebagai formalitas atau bahkan jauh lebih parah jika pandangan Pendidikan bagi perempuan tidak semestinya didapatkan sama sekali. Perempuan hanya dituntut tunduk pada system yang membuat semakin terkungkung dalam penindasan.

Pemikiran akan pentingnya pendidikan untuk perempuan tak hanya dilayangkan oleh para pemikir Barat saja, namun dalam konteks Indonesia, ada pemikir serta pegiat perempuan lokal yang memperjuangkan hak perempuan untuk memperoleh pendidikan secara layak. Dia adalah R.A. Kartini. Kartini menuangkan pemikirannya dalam surat-surat yang dikirimkan kepada J. H. Abendanon. Kumpulan surat pribadi Kartini tersebut kemudian diterbitkan pada tahun 1912 dengan judul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Kumpulan surat Kartini tersebut menjadi sebuah alternatif pemikiran tentang pendidikan perempuan. Sebagai sebuah kritik sosial pada realitas, bahwasanya perempuan juga perlu pendidikan. Salah satu pokok substansi pemikiran Kartini adalah Emansipasi atau upaya mewujudkan kesetaraan perempuan dalam mendapatkan pendidikan.

Kedua pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai acuan tentang peran perempuan dalam hal pendidikan, bagaimana institusi pendidikan dan lingkungan memberikan hak kepada perempuan untuk memperoleh pendidikan dengan sepenuhnya tanpa ada intrik sosial. Perempuan jangan lagi mengalami ketertinggalan perihal pemikiran dan pengetahuan. Karena aspek pendidikan untuk perempuan berpengaruh pada segala bidang, bahkan jika seorang perempuan memilih menjadi ibu rumah tangga, diperlukan pula pembekalan akan hal tersebut. Pendidikan bukan hanya milik perempuan yang memiliki akses ekonomi atau strata sosial menengah ke atas, melainkan dapat dinikmati oleh seluruh perempuan secara merata, itulah arti kesetaraan itu sendiri.

Pentingnya Pendidikan Bagi Perempuan

Perempuan memiliki peranan yang sangat penting dalam hal pendidikan, bahkan pendidikan pertama yang diberikan kepada anak ialah dari seorang ibu. Ibu memiliki andil yang besar dalam melakukan pengembangan potensi anak. Bukan berati tugas mendidik hanya diberikan kepada ibu semata, ayah juga berpengaruh terhadap proses pendidikan anak, namun tidak seotentik seorang ibu. Karena ibu memiliki keterikatan batin yang kuat dengan anak. Ada sebuah pepatah yang mengatakan jika perempuan cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas pula. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa pendidikan akan berpengaruh dalam pola pikir dalam berkeluarga, cara mendidika anak dan menerapkan prinsip-prinsip keadilan di keluarga.

Kartini dapat dikatakan sebagai tokoh pembaru di bidang pendidikan perempuan, yang memiliki terobosan dalam mengajarkan pentingnya arti pendidikan bagi perempuan. Perjuangannya tersebut berhasil memberikan perubahan bagi perempuan menuju pemikiran yang lebih maju. Bahwa semestinya perempuan juga harus memiliki peranan penting dalam lingkungan sosial mereka.

Sukarno kemudian menafsirkan perempuan dalam sepenggal kalimat “Perempuan itu tiang negeri,” dalam konteks kalimat dari Sukarno tersebut, maka seharusnya perempuan sadar akan posisinya untuk mencetak peradaban bangsa yang berkemajuan. Sedangkan alat untuk menjalankannya ialah pendidikan, jika perempuan mendapatkan pendidikan yang baik, maka jangan heran jika sebuah negara atau institusi di mana perempuan itu berpijak akan mengangkat martabat bangsa.

Pendidikan bukan hanya berkaitan soal mengasah akal dan tingkat intelektual saja, namun juga memperhatikan kepribadian. Kartini mengatakan jika pendidikan bukan hanya mempertajam akal, budi pekerti pun juga harus dipertinggi. Intinya ialah dalam menjalankan sistem pendidikan, tidak hanya mengutamakan tingkat kecerdasan semata, namun juga menanamkan budi pekerti pula. Jika hanya mengunggulkan sisi kecerdasan tanpa memperhatikan hal yang lain, maka yang terjadi ialah rasa superioritas dan rendahnya sikap kemanusiaan.

Pendidikan diberikan bukan hanya dalam lembaga formal saja, namun juga diperlukan bimbingan pendidikan non formal. Pendidikan formal tidak sepenuhnya berjalan baik jika tidak diiringi oleh pendidikan non formal yang berupa peranan keluarga dan lingkungan dalam penerapan pendidikan. Joesoef Sulaiman dalam Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah mengemukakan:

“Di dalam keluargalah anak pertama-tama menerima pendidikan, dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga ini merupakan pendidikan yang terpenting atau utama terhadap perkembangan pribadi anak.”

Keluarga adalah elemen terpenting dalam pembentukan dan pengembangan karakter seorang anak. Itulah sebabnya penekanan pendidikan kerap kali diberikan pada pendidikan non formal atau keluarga. Karena keluarga berperan sebagai pendidik. Hal ini berkaitan pula pada penjelasan tentang peran perempuan untuk memberikan pendidikan pada generasi selanjutnya.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here