Oleh Agus Hariono
Hari dan tanggal pemungutan suara Pemilu Tahun 2024 sudah ditetapkan. Artinya, kita sebagai peyelenggara Pemilu harus siap. Siap dari sisi apapun, terkhusus dari sisi sumber daya manusia. Kita melaksanakan seluruh tahapan tersebut secara bersama-sama. Secara timework, kerja sama. Pekerjaan kita bukan hanya untuk divisi, sub bagian, apalagi kerja individu, melainkan untuk kesuksesan tugas lembaga kita.
Karena bekerja dengan tim, maka kita dituntut untuk senantiasa bersinergi dan berkolaborasi antar personal dalam satu tim secara efektif. Tugas-tugas yang dikerjakan masing-masing divisi, masing-masing sub bagian bahkan masing-masing staf semua saling berkait-kelindan. Sehingga satu dengan yang lain, tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Sebagai contoh, hubungan antar pimpinan di KPU, bukan atasan dan bawahan, melainkan kolektif kolegial.
Artinya kelembagaan ini sangat mengutamakan peran semua pihak, secara setara dan proporsional. Tidak ada yang ‘paling’, semua sama, memiliki tanggung jawab yang sama, untuk menyelesaikan tugas mencapai visi lembaga. Sehingga untuk mencapai visi Komisi Pemilihan Umum yaitu menjadi penyelenggara Pemilihan Umum yang mandiri, non-partisan, tidak memihak, transparan, dan profesional, berdasarkan asas-asas Pemilihan Umum dengan melibatkan rakyat seluas-luasnya, sehingga hasilnya dipercaya masyarakat, dapat tercapai dengan baik.
Salah satu upaya untuk meraih hal tersebut adalah dengan kekompakkan tim. Tim yang kompak dan solid akan lebih mudah dalam meraih atau mencapai sesuatu. Mereka tidak direbetkan dengan konflik tak berujung. Perbedaan pendapat yang tak bersolusi. Dan, hal-hal lain yang dapat mengganggu pencapaian kinerja menuju tercapainya visi KPU.
Setidaknya, ada 3T yang saya usulkan sebagai pegangan bagi semua warga KPU Kabupaten Kediri agar kompak dalam bekerja. T pertama adalah turunkan egoisme. Bahwa kita semua menyadari yang namanya tim tidak hanya berisi satu orang saja. Di dalamnya terdapat banyak orang dengan beragam pola pikir, ide dan gagasan, sikap dan perilaku, yang semua tidak serta merta dapat disatukan.
Upayakan penyatuan perbedaan dan penyamaan frekuensi dalam bekerja salah satunya adalah dengan menurunkan egoisme. Ego inilah yang kalau tidak diturunkan berpotensi menjadi sumber masalah dalam tim. Menjadi penghambat dalam laju kerja tim. Menjadi sumber konflik lintas kepentingan antar personal tim. Dengan menurunkan ego masing-masing akan lebih mudah menyamakan frekuensi, emosional dan tujuan bersama.
Kemudian, T yang kedua adalah terbuka pikirannya (open mind). Pikiran yang terbuka akan lebih mudah menerima kritik dan saran. Bahwa kita semua sadar masing-masing kita dipenuhi dengan kekurangan. Kalau tidak siap menerima kritik dan saran, tentu sulit bagi untuk bekerja sama dengan orang lain. Perbedaan sekaligus kekurangn yang dimiliki oleh tiap personal dalam tim, tidak untuk perbesar. Namun, sebaliknya perbedaan diperkecil dan persamaan diperbesar. Kekurangan bukan untuk diburu untuk menjatuhkan. Tetapi, celah kekurangan itu dilengkapi dan disempurnakan.
T yang terakhir adalah terkomunikasikan. Tiap personal tim pasti memiliki ide dan gagasan. Ide dan gagasan yang baik itu mustahil akan dapat tersampaikan kepada yang lain, kalau tidak terkomunikasikan secara baik. Komunikasi menjadi modal penting dalam sebuah kekompakkan. Kekompakkan tim mustahil dapat diraih jika tidak ada komunikasi yang baik.
Demikian 3T untuk kekompakkan, semoga masing-masing kita mampu menurunkan ego untuk menyamakan frekuensi, terbuka pikirannya untuk siap menerima kritik dan saran untuk perbaikan, dan sanggup melakukan komunikasi yang baik guna kelancaran hubungan antar personal. Tugas menyelenggarakan Pemilu adalah pekerjaan yang berat, jika penyelenggaraan tidak dilaksanakan dengan kompak, akan mudah dirong-rong oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Mengingat KPU merupakan lembaga tempat bertemunya persilangan kepentingan dalam merebut kekuasaan.
Pengarahan Apel Pagi, 21 Maret 2022
