Perhiasan Terbaik itu Bernama Ilmu dan Adab

0
176

 

“Laisa al-jamalu bi atswabin tuzayyinuna, inna al-jamala jamalu al-‘ilmi wa al-adabi.”

(Bukanlah keindahan itu karena pakaian yang dikenakan, tetapi ‎keindahan itu

karena ilmu dan adab).

 

Penulis yakin, kita semua, tidak hanya santri yang pernah belajar dan menghafal ungkapan tersebut, sepakat dengan nilai yang terkandung dalam kalimat hikmah sarat makna, yang penulis kutip di awal tulisan ini.

Kalimat bijak ini menyentak kesadaran ‎kita, yang mungkin selama ini hanya melihat keindahan dari tampilan luar ‎semata. Petuah hikmah tersebut menunjukkan bahwa keindahan yang ‎sesungguhnya adalah ketika seseorang dihiasi ilmu dan adab (baca: akhlak).‎

Ya, ilmu dan adab adalah perhiasan terbaik yang akan memancarkan ‎pesona diri. Tak perlu memoles diri dengan ucapan-ucapan manis penuh ‎kepalsuan, atau memakai topeng-topeng kamuflase dengan memaksakan diri ‎mengenakan pakain bermerek (branded), kendaraan terbaru, tinggal di ‎hunian elit untuk menarik perhatian orang lain. Cukup dengan hiasan ilmu ‎dan akhlak, maka orang lain akan menaruh simpati kepada kita.‎

Salah satu sikap orang berilmu dan beradab adalah rendah hati ‎‎(tawaduk). Ya, rendah hati akan menjadikan seseorang dicintai sesama, dan ‎disayangi Allah Swt. Sebalik keadaan, tinggi hati atau sombong (takabbur) ‎akan membuat seseorang dibenci sesama dan dimurkai Allah Swt.‎

Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah Saw menyatakan, “Dan tidak ‎ada orang yang tawaduk (rendah hati karena Allah), melainkan Allah akan ‎mengangkat derajatnya”. (HR. Muslim)‎

Jika dengan sikap rendah hati, Allah akan mengangkat derajat ‎seseorang, maka bisa dikatakan bahwa dengan sikap tinggi hati Allah akan ‎menjatuhkan derajat seseorang.‎

Jika dengan sikap rendah hati, Allah akan memuliakan seseorang, ‎maka dengan tinggi hati Allah akan menghinakan seseorang.‎

Tidak ada ruang bagi siapa pun di muka bumi ini untuk bersikap ‎sombong atau tinggi hati. Karena yang paling berhak untuk menyandang ‎gelar Al-Mutakabbir hanyalah Allah Swt.‎

Adalah kewajiban bagi setiap hamba untuk bersikap tawaduk, rendah ‎hati sepenuh hati. Betapapun melimpahnya kekayaan yang ia miliki, ‎betapapun tingginya ilmu yang ia punyai, betapapun terhormatnya jabatan ‎yang ia duduki, hakekatnya semua itu adalah anugerah serta amanat yang ‎Allah berikan kepadanya. Ia sendiri tidak memiliki dan mempunyai apa-apa ‎tanpa anugerah serta karunia Allah Swt yang diberikan kepadanya.‎

Bertepatan dengan momen Hari Santri Nasional ini, penulis mengajak kita semua, khususnya para santri untuk merefleksi, introspeksi diri, apakah kita sudah menghiasi diri dengan ilmu dan adab? Ataukah justru kita sibuk memoles tampilan luar agar terlihat ‘wah’ di mata publik, padahal sesungguhnya di dalam diri kita hanya ada jiwa yang kosong nir pengetahuan, serta integritas moral yang memprihatinkan, imbas dari defisitnya adab?

Jawaban atas pertanyaan tersebut ada pada diri kita masing-masing.

Mari kita renungkan bersama…

 

Dr. Didi Junaedi, M.A.

Dosen Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Penulis Buku-Buku Motivasi Islam.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here