S3 (Semesta Support System)

0
238

Hitta Alfi Muhimmah

Ada sebuah istilah yang sangat populer dari Prof. Yohanes Surya, ahli fisika Indonesia, yang sering kita dengar yaitu “mestakung” singkatan dari semesta mendukung. Mestakung bermakna, setiap orang dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya saat keadaan yang terdesak atau tertekan.

Terinspirasi dari istilah Prof. Yohanes Surya, saya membuat istilah S3 yaitu Semesta Support Sistem. Maknanya adalah, seluruh potensi yang ada di semesta ini mendukung penuh upaya yang sedang kami perjuangkan. Meski dengan banyak keterbatasan.

Pada buku ini, S3 bukan hanya bermakna Strata 3. Namun juga bisa diberi makna Semesta Support System. Karena pada dasarnya, saya mampu menyelesaikan studi doktoral ini karena semata-mata izin dari Allah, dan seluruh komponen semesta memberikan dukungan.

Motivasi terbesar untuk melanjutkan studi ini berasal dari suami. Awalnya, beliau sendiri yang ingin segera melanjutkan studi S3. Akan tetapi, tahun 2019 belum mendapat izin dari pimpinan karena beliau mendapat amanah untuk menjadi sekretaris jurusan. Kemudian, beliau mengajak saya diskusi bagaimana jika yang berangkat studi terlebih dahulu adalah saya. Setelah berdiskusi panjang lebar, keputusan ini kami ambil secara sadar dan telah mempertimbangkan konsekuensinya. Bahkan saat itu, saya juga sedang mengandung anak ketiga di usia kehamilan tiga bulan.

Setelah menikah, memang saya memutuskan untuk jeda dari urusan publik. Jeda ini saya manfaatkan betul untuk membersamai anak-anak dan mengasah hobi literasi dengan menghasilkan beberapa buku dan mendirikan komunitas literasi. Dalam jeda, tentu tidak berjalan baik-baik saja. Kontroversi tetap ada. Apalagi gelar saya saat itu adalah “master berdaster.”

Empat tahun saya menikmati peran dalam jeda ini. Suami sangat mendorong bahkan diam-diam mengambilkan saya formulir pendaftaran studi S3 di tahun 2019. Beliau mengatakan bahwa saat ini waktu yang tepat untuk saya melanjutkan studi.

Pertimbangan pertama, karena anak-anak masih kecil sehingga biaya sekolah mereka belum banyak. Kedua, nanti ketika suami sudah dizinkan untuk studi lanjut, saya sudah selesai studi, sehingga bisa bergantian. Dan masih banyak lagi pertimbangan yang lainnya.

Memang benar, ketika kita niatkan untuk mencari ilmu, kemudahan akan mengiringi kita. Inilah yang saya sebut dengan semesta menjadi support system perjalanan doktoral saya ini. Bagaimana tidak, dengan keterbatasan kami saat itu, jika untuk kebutuhan studi, selalu ada dan selalu terbayar tuntas. Entah bagaimana lika-likunya.

Bisa dibayangkan saat itu saya sedang mengandung anak ketiga, memiliki dua balita. Anak pertama usia empat tahun, anak kedua usia satu tahun. Sedangkan usia kandungan saya tiga bulan. Rasanya saya sendiri ragu dengan diri saya sendiri. Apakah mampu menjalaninya?

Bukan hanya itu saja, saat itu kami juga belum mampu membeli rumah. Kami masih menjadi ‘kontraktor’ (sebutan untuk orang yang sedang kontrak rumah). Secara logika, beli rumah yang mana itu kebutuhan primer saja kami belum mampu. Apa bisa kami mencari biaya untuk studi yang kata mayoritas orang itu bukan kebutuhan primer.

Apalagi biaya pendidikan yang harus kami tanggung tidak sedikit. Jika di total sampai akhir studi, jumlahnya sama dengan 50% harga rumah daerah Gresik Selatan.

Tetapi, karena atas izin Allah yang menggerakkan semesta untuk mendukung jalan juang kami ini. Alhamdulillah, akhirnya sampai juga pada garis finish studi. Sampai kami tak mampu menggunakan logika, bagaimana caranya kami mampu. Dari mana sumbernya? Allah lah yang memberi semluruh kemudahan ini.

Percayalah, jika kita berada pada jalan penuntut ilmu, semesta akan memberikan kekuatan terbaik untuk kita. Janji Allah itu nyata adanya.

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here