Oleh: Abd. Azis Tata Pangarsa
Kali ini saya ingin menceritakan tentang salah seorang yang sangat saya kagumi. Sebenarnya kami satu institusi dalam bekerja di Kementerian Agama, dengan status berbeda. Beliau seorang pengawas dan saya seorang guru. Namun saya baru mengenal dan akrab dengan beliau saat kami dinas luar, studi banding ke Singapura, Malaysia dan Thailand di akhir tahun 2014.
Dan keakraban kami pun berlanjut saat beliau terpilih menjadi mentor yang bertugas membimbing madrasah-madrasah yang mendapatkan bantuan dari MDC (Madrasah Development Centre) untuk meningkatkan akreditasinya dan saya juga terpilih menjadi trainer, yang bertugas untuk bekerja bersama mentor, menjadi partnernya beberapa waktu di awal tahun 2015.
Saya memanggil beliau dengan panggilan Bunda Umi. Ya…, memang saya punya kebiasaan memanggil senior atau orang-orang yang saya hormati dengan panggilan Bunda untuk yang perempuan dan Ustadz atau Abah untuk yang laki-laki.
Dari hasil diskusi dan ngobrol santai dengan beliau atau juga dari informasi mulut ke mulut, saya menyimpulkan bahwa beliau adalah orang yang bekerja dengan sebaik mungkin. Malah melebihi tupoksi beliau sebagai seorang Pengawas. Khususnya dalam membina guru-guru dan madrasah-madrasah yang menjadi binaan beliau. Meski juga ada beberapa orang yang tak sependapat dengan beliau. Hingga terkesan “kejam”, padahal beliau sedang menerapkan aturan dengan tegas sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.
Perjuangan beliau dengan tempat dinas yang jauh dari rumah ketika menjadi guru, juga pernah diceritakan pada saya. Sampai harus naik angkutan berganti-ganti. Namun beliau tetap sabar menjalani. Suatu ketika, beliau cerita pada saya, pernah minta didoakan oleh murid-muridnya untuk bisa naik haji. Dan sungguh beliau sudah beribadah haji beberapa tahun yang lalu. Doa murid-murid beliau sungguh makbul.
Tugas sebagai istri dan ibu juga dikerjakan beliau dengan baik sebelum berangkat bekerja menjadi abdi negara PNS atau istilah sekarang Aparatur Sipil Negara (ASN). Selain itu beliau juga meningkatkan kemampuan profesionalnya dengan studi lanjut S3. Sungguh saya semakin kagum, seorang perempuan, seorang istri, seorang ibu, juga wanita karir, masih menyempatkan diri untuk belajar, dan mungkin tahun depan beliau sudah bergelar Doktor. Dan beberapa saat yang lalu, saya mendengar bahwa putri beliau juga menjadi PNS di Kalimantan setelah beberapa saat selesai kuliah.
Sekali saya pernah bertemu dengan beliau dengan putrinya yang sopan, baik, cantik dan feminim, langsung jatuh cinta. Hehehehe….andaikan masih single, saya mau jadi menantu Bunda Umi. Sayangnya saya sudah berkeluarga. Jadi saya doakan saja agar putri beliau mendapatkan jodoh yang sholeh, bertanggungjawab, cakep, sayang istri dan juga sayang dengan mertuanya. Aamiin.
Dari cerita tentang Bunda Umi ini, saya dapat mengambil pelajaran bahwa, apa yang kita dapatkan itu sesuai dengan amal perbuatan kita sendiri. Kalau kita baik dan bertanggungjawab dengan kewajiban dan tugas-tugas kita, pastinya juga akan menerima rejeki, berkah dan kebahagiaan yang lebih pula. Sebaliknya kalau kita asal-asalan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab kita, ya tentunya akan mendatangkan ketidakbaikkan pula pada diri kita.
Semuanya sesuai dengan amal perbuatan masing-masing. Bekerja dengan baik akan jadi baik, bekerja dengan buruk akan jadi buruk. Berusaha dengan keras akan mendatangkan keberhasilan, berusaha dengan malas akan mendatangkan kegagalan. Berbuat kebaikan akan menghasilkan kebaikan, berbuat jahat akan menghasilkan kesengsaraan.