Aku dan Literasi

0
304

Literasi berkaitan erat dengan kemampuan berbahasa seseorang. Menurut Wikipedia, literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian literasi tidak bisa dilepaskan dari kehidupanku.

Saat duduk di bangku kelas 2 SMP tahun 1978, aku mulai akrab dengan dunia literasi, khususnya membaca dan menulis. Setiap jam istirahat aku selalu pergi ke perpustakaan sekolah untuk membaca buku dan menulis sesuatu di buku tulis. Buku atau majalah yang kubaca pada umumnya tentang psikologi misalnya buku yang berjudul Kesehatan Mental karya Dr. Zakiah Darajat dan majalah psikologi Anda. Kegiatan membaca dan menulis tersebut berlangsung hingga saat ini.

Aku sudah tidak muda lagi. Meskipun demikian aku berusaha tetap menulis, minimal menulis catatan harian.

Pada usiaku yang sudah senja, aku berusaha mengalokasikan waktuku untuk membaca dan menulis. Bahkan aku menghabiskan sebagian besar waktuku untuk membaca buku-buku agama terutama buku-buku karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah selain membaca Al-Qur’an. Juga aku habiskan untuk menulis terutama menulis tentang hal-hal yang bermanfaat. Mengingat sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Aku berusaha menulis hal-hal yang dapat memotivasi diriku menjadi hamba yang dicintai-Nya.

Setelah sekian puluh tahun bergelut di dunia buku dan menulis, aku memperoleh banyak hikmah. Dan inilah sebagian dari hikmahnya.

Dengan membaca buku tentang tauhid-salah satunya kitab terjemahan at-Tauhid li ash-Shaffi al-Awwal al-Aly karya Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan-Sholihah belajar mengabdi hanya kepada-Nya semata dan sekaligus mencintai-Nya di atas segalanya.

Dengan membaca buku tentang adab-salah satunya “Adabul Mufrad_ karya Imam Buchori”, aku belajar menjadi pribadi beradab misalnya bertutur kata santun, berusaha menjalani hidup qonaah, menghadapi setiap ujian-Nya dengan kesabaran yang indah dan menyikapi segala nikmat-Nya dengan penuh rasa syukur.

Dengan banyak membaca buku tentang makanan sehat, aku belajar memasak makanan yang halal dan thoyib kesukaan keluargaku.

Dengan banyak membaca buku tentang tanaman, aku dapat memperlakukan tanaman-tanamanku dengan baik. Alhamdulillah ada beberapa tanaman hortikultura seperti cabe, tomat, kangkung dan pisang dan beberapa tanaman lainnya di kebun imut. Ketika harga cabe melangit, aku tidak perlu menjerit karena di kebunnku sudah ada cabe rawit. Ketika panen tomat, hasilnya bisa kami konsumsi sendiri dan bagikan ke para tetangga selain kami jual.

Dengan banyak membaca buku tentang psikologi kepribadian, aku belajar mengidentifikasikan diriku dengan tokoh-tokoh model Islam, seperti Asiah binti Muzahim-wanita yang istiqamah memegang teguh kebenaran selama hidup bersama suaminya yang dzalim yaitu Fir’aun, Maryam binti Imran, wanita yang menjalani kesendiriannya dengan totalitas beribadah kepada-Nya saja, Khadijah binti Khuwailid-isteri Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang sukses berbisnis dari rumah, Fatimah Az-Zahra puteri Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang hidup qona’ah bersama suaminya yang miskin. Aisyah binti Abu Bakar yang suka cemburu pada madunya tetapi tak meminta cerai suaminya dan ummul mukminin lainnya.

Dengan banyak membaca buku tentang rumah tangga Islam, aku belajar menjadi isteri yang taat kepada suamiku. Berusaha memperlakukan suamiku sebagai pemimpin rumah tangga seutuhnya. Melunakkan suara ketika berbicara dengan suamiku. Meminta izin suami ketika hendak ke luar rumah. Mengalah meskipun terkadang aku benar. Mendahulukan kepentingan suamiku daripada kepentingan diriku. Mendampingi suamiku dalam suka dan duka.

Dengan banyak membaca buku tentang keperawatan, aku belajar menjadi perawat handal bagi keluargaku. Sehingga bisa meminimalisir pengeluaran untuk pengobatan. Ketika suamiku jatuh sakit parah dan harus menjalani rawat inap di rumah sakit, Alhamdulillah Allah ta’ala memudahkan aku merawatnya dengan sebaik-baik perawatan.

Dengan banyak membaca buku tentang kecantikan, aku belajar merawat dan mempercantik diriku sendiri tanpa pergi ke salon kecantikan. Sehingga aku dapat tampil menarik, seksi dan wangi di depan suamiku saja.

Dengan banyak membaca buku psikologi perkembangan, aku belajar menjadi ibu teladan bagi anak-anakku dan sekolah bagi anak-anakku. Menyusui anak-anakku dengan ASI hingga dua tahun. Merawat anak-anakku dengan penuh kasih sayang. Mendukung bakat dan minat anak-anakku hingga tumbuh kembang mereka berjalan secara optimal. Alhamdulillah Allah ta’ala memudahkan anak-anakku menuntut ilmu di pondok dan perguruan tinggi hingga mereka lulus.

Dengan banyak membaca buku tentang “ma’rifatullah”, aku belajar mencintai-Nya di atas segalanya dan berusaha beribadah–melakukan perbuatan-perbuatan yang diridhai-Nya–dengan segenap rasa cinta kepada-Nya. Jika niat ibadahku rendah alias”mager” salat tepat waktu maka demi meraih cinta-Nya semata aku pun segera mengencangkan niatku. Sehingga apa yang aku lakukan dengan cinta InsyaAllah tidak akan berakhir sia-sia. Bahkan berpeluang mendapatkan balasan cinta-Nya dan meningkatkan “dopamin’ alias hormon kebahagiaan.

Aku hanyalah wanita yang baru belajar membaca Al-Qur’an dan bahasa Arab setelah usia senja. Itupun yang mengajar anak-anakku yang pernah kupondokkan.

Sebetulnya aku menyesal kenapa tidak sejak dulu belajar Al-Qur’an dan bahasa Arab. Sehingga aku bisa beribadah dengan sempurna. Karena, aku bisa membacab Al-Qur’an dengan tartil dan memahami maknanya. Namun, apa yang bisa kuperbuat kalau hal itu sudah menjadi takdirku.

Dengan banyak membaca buku kisah kehidupan pula aku banyak belajar tentang kehidupan. Sehingga dengan izin-Nya wawasanku bertambah dan semakin lancar menulis.

Dengan banyak membaca kitab suci Al-Qur’an dan buku hadits serta buku-buku yang bermanfaat, Allah ta’ala memudahkan aku untuk menulis hal-hal yang bermanfaat.

Kini, disela-sela kesibukan memantaskan diri menjadi hamba yang dicintai-Nya, aku meluangkan waktu untuk bercocok tanam di halaman rumahku dan menulis, setidaknya menulis catatan harian yang Insyaallah berguna untuk menempa diriku menjadi wanita sholihah dan sekaligus mendampingi puteriku tumbuh dewasa dan shalihah.

 

Bondowoso, 18/07/2023

 

Biodata Narasi
Abdisita Sandhyasosi. Alumni psikologi Unair. Pernah ngajar di PP Al-Ishlah Bondowoso. Ibu lima anak. Tinggal di Bondowoso. Pernah aktif di Blog Kompasiana. Penulis buku solo “5 Kunci Sukses Hidup” (Tinta Medina, 2017) dan sejumlah buku antologi Quantum Belajar (Genius Media,2016), Mata Air Pesantren (Genius Media, 2016), Aku, Buku dan Membaca (Akademia Pustaka, 2017), Perempuan Dalam Pusaran Kehidupan (Diandra, 2018), Gaya Hidup Di Era Pandemi Covid-19 (Sahabat Pena Kita, 2021) Titik Balik Menuju Cahaya (Sahabat Pena Kita, 2021), Inspirasi Menulis dan Menerbitkan Buku (Oase, 2021) Profesor Ngainun Naim (Sahabat Pena Kita, 2022)i. Email: hamdanummu27@gmail.com

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here