Mencandui Dunia Kata

0
384
Taken from https://id.pinterest.com/pin/188658671886716437/

Ekka Zahra Puspita Dewi

 

Saya merasa sangat bersyukur mendapatkan kesempatan untuk menjejaki dunia kata. Bagi saya, segala jawaban ada di dunia kata. Kita bisa menjelajahi waktu dan ruang melalui kata. Kita bisa berkelana dan mempelajari segala hal melalui kata. Melalui kata pula, kita bisa menujukkan beragam perasaan. Kita bisa mengenal emosi seseorang dan memahami seseorang melalui kata. Kita juga bisa menunjukkan siapa kita melalui kata. Terkadang, kata juga bisa menyembuhkan emosi perasaan. Beragam abstraksi yang terletak pada pikiran bisa terejawantahkan dengan rapi melalui kata. Bagi saya, kata adalah sesuatu yang memiliki kekuatan yang tidak terletak pada hal lain. Sehingga, memiliki kesempatan untuk terjun langsung di dalam dunia kata membuat saya benar-benar bersyukur.

Meski dalam dunia kata ini cukup sepi peminat, menilik dunia kata tidak bisa menghasilkan sesuatu secara instan, saya tetap ingin berlama-lama di sana. Menyempatkan waktu untuk bermain-main di dunia kata tidak pernah menemui rasa bosan. Memiliki waktu untuk berkelana melalui membaca, atau mengajak jemari menari di atas keyboard bisa memberikan perasaan bahagia. Sebab orientasinya dalam menulis bukan untuk popularitas atau pragmatis, melainkan sedikit idealis sebagaimana sabda Baginda Nabi Besar Nabi Muhammad Saw, Sampaikan walaupun satu ayat. Meski sedikit ilmu yang dimiliki, rasanya seperti mengemban tugas dakwah oleh Baginda Nabi Muhammad Saw. Selain itu, para ulama terdahulu berkarya bukan demi popularitas atau demi uang. Bukankah baik bagi kita untuk mengikuti jejak penyambung lidah Nabi Muhammad Saw. dengan niat tersebut? Hari ini, meski banyak media yang bisa dilakukan untuk menyampaikan ilmu, rasanya tetap lebih nyaman untuk memilih dunia sunyi ini.

Di dalam dunia kata, kita akan mendapatkan training untuk bersabar serta menikmati proses. Sedangkan kedua aspek itu mungkin kurang diminati bagi mereka yang menginginkan hasil secara instan. Kita pun juga tahu, bahwa sabar dan menikmati proses adalah dua kunci penting dalam hidup. Seandainya kita bermimpi, dan memiliki impian yang besar, mana mungkin kita tidak diminta untuk bersabar dan terus berproses serta menikmatinya? Ada memang jalan instan. Namun hasilnya juga akan berbanding lurus sebagaimana cara mendapatkannya, yakni tidak bertahan lama. Bahkan, mungkin sifat-sifat manusiawi bisa tergerus dengan sikap congkak dan sombong sebab ‘merasa’ mampu mendapatkan hal besar melalui jalan pintas. Sedangkan sifat sabar dalam self upgrade adalah sesuatu yang akan membuat kita membumi. Kita tahu betul bagaimana memanusiakan manusia. Hal-hal tersebut juga bisa kita pelajari serta kita latih dalam proses menulis.

Dalam menulis tentu membutuhkan ketelatenan, serta kesabaran. Sedangkan salah satu poin penting agar mampu menjalani itu semua adalah konsistensi. Kita bisa membuat masterpiece, namun menuju ke sana, tentu ada proses yang berdarah-darah. Untuk sampai di tangga ke seribu, tentu dimulai dari tangga pertama. Kita bisa berdiri di atas, asalkan bisa konsisten untuk terus menikmati proses setiap hari. Tidak mudah memang. Terlebih jika ada rasa lelah atau mulai bosan. Justru sebenarnya di sinilah letak ujian itu. Jika kita mampu melawan diri, maka kita lulus. Jika tidak, bagaimana mungkin tangga keseribu mampu diraih jika praktiknya hanya di angan-angan saja? Hasilnya juga hanya sebatas angan-angan semata.

Kita bisa mendapatkan motivasi atau cara menulis oleh berbagai metode. Namun, jika tidak praktik, untuk apa teori-teori tersebut? Syarat menjadi penulis adalah menulis, menulis, menulis, dan menulis.[1] Memang sering kita mendapatkan hambatan, tapi seorang yang memiliki tekad besar untuk menjadi penulis serta menganggapnya sebagai kebutuhan harian akan terus berusaha untuk menulis. Istilahnya jika sudah menikmati proses menulis, menulis bisa menjadi candu yang jika tidak melakukannya, kita akan sakau.

Untuk alasan mengapa beberapa waktu ini saya memang sengaja off dalam menulis, menilik kondisi fisik yang tidak memungkinkan, yakni sakit mata dan kepala saat menatap layar. Bahkan beberapa waktu yang lalu, saya sampai opname dikarenakan hal tersebut. Selain itu, Allah juga berikan tumor di salah satu bagian tubuh saya. Saya tetap mensyukuri apapun yang Allah hadirkan. Apapun itu, jika itu dari-Nya, pilihan-Nya, selalu membawa kebaikan. Entah itu untuk menggugurkan dosa, atau memberikan sertifikat sabar. Apapun itu, semoga kita tetap bisa berhusnuzan terhadap-Nya.

Tentang menulis, saya tetap bertekad untuk berada di dunia kata. Meski memang sering banyak hambatan, semoga Allah berikan kekuatan dan kemudahan agar bisa terus membagikan ilmu melalui kata. Entah itu tentang pengalaman pribadi, resume bacaan, self healing atau lainnya. Untuk Pembaca, mari kita menyelami dunia kata. Selamat menjejaki dunia kata, dan selamat terkagum-kagum terhadap keindahan dan perjuangan di dalamnya.

Blitar, 31 Juli 2023

 

 

 

 

[1] Ngainun Naim, The Power of Writing.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here