Menjadi Santri Abadi

0
315

Oleh: Prof. Dr. Muhammad Chirzin

Bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional setiap tanggal 22 Oktober. Hari Santri Nasional ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri. Hal itu tidak lepas dari peran santri dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 22 Oktober 1945 Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan resolusi jihad sebagai fatwa tentang kewajiban berjihad untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dengan melawan penjajah yang masih berada di Indonesia.

Pondok Pesantren adalah model lembaga pendidikan Islam khas Nusantara. Pesantren merupakan cagar budaya Islam dan persemaian kader ulama. Embrio pesantren adalah Pengajaran Nabi Muhammad saw di rumah Arqam.

Pesantren berkontribusi terhadap dunia pendidikan di Indonesia. UU Sisdiknas mengakui keberadaan Pondok Pesantren. Pesantren menyiapkan santri menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan ajaran agamanya, berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis.

Pesantren menjujung tinggi nilai-nilai Islam Rahmatan Lil-’alamin, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tungga Ika, keadilan, kemanusiaan, keikhlasan, dan kebersamaan. Pesantren menerapkan manajemen dengan prinsip partisipasi, kemandirian, efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas.

Tata kelola santri mencerminkan akhlaq mulia, yakni saling menghormati, berkomunikasi dengan baik, dan gotong-royong. Pesantren dapat memanfaatkan lingkungan sekitar, kearifan, dan potensi lokal untuk memperkaya sumber belajar.

Menurut Prof. Dr. Soedjatmoko, model lembaga pendidikan yang terbaik adalah pesantren yang dikelola dengan manajemen modern. Salah satu motto Pondok Pesantren: (1) Berbudi tinggi; (2) Berbadan sehat; (3) Berpengetahuan luas; (4) Berpikiran bebas, dengan Panca Jiwa: (1) Keikhlasan; (2) Kesederhanaan; (3) Ukhuwah Islamiyah; (4) Berdikari; (5) Bebas.

Tahun 1974 pertama kali saya menginjakkan kaki di Pondok Pabelan untuk menjadi santri. Berjumpa banyak teman seusia lulusan Sekolah Dasar 1972 dari berbagai daerah di pulau Jawa. Jujur, pesantren ini bukan tujuan utama nyantri. Apa daya, pendaftaran dan penerimaan santri baru di Pondok Darussalam Gontor sejak dahulu hingga kini pada tanggal satu sampai dengan sepuluh Syawal. Sedangkan kalender kelulusan Sekolah Dasar jatuh pada bulan Juli. Sungguhpun begitu, tidak menyurutkan semangat untuk mengaji. Lagi pula, beberapa teman juga punya rencana yang sama, pindah ke Gontor pada tahun ajaran baru mendatang.

Beruntung, setelah belajar di Pondok Pabelan dua tahun, melalui tes kelayakan, saya dapat melanjutkan belajar di Gontor langsung duduk di kelas tiga. Empat tahun kemudian, saya menyelesaikan belajar di KMI (Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah), setingkat madrasah tsanawiyah dan Aliyah pada 1978, bertepatan dengan peringatan setengah abad Gontor yang ditandai dengan peresmian masjid jami’ oleh Presiden Suharto yang dikawal oleh Pangdam DKI Jaya Tri Sutrisno.

Kehidupan di pesantren terekam saksama dalam himne Oh Pondokku.

Oh Pondokku tempat naung kita

Dari kecil sehingga dewasa

Rasa batin damai dan sentosa

Dilindungi Allah Ta’ala

Oh Pondokku engkau berjasa

Pada ibuku Indonesia

Tiap pagi dan petang

Kita beramai sembahyang

Mengabdi pada Allah Ta’ala

Di dalam kalbu kita

Wahai Pondok tempatku

Laksana ibu kandungku

Nan kasih serta sayang padaku.

Oh Pondokku…

Ibuku…

 

Babak baru sebagai santri senior, setiap pagi hingga siang hari saya mengajar di kelas, sore dan malam hari masuk kuliah, hingga meraih gelar Sarjana Muda (BA), lalu kembali ke kampung halaman. Sebagian dari teman-teman melanjutkan studi hingga mencapai gelar sarjana lengkap (Drs), dan sebagian lainnya langsung berjuang di masyarakat. Betapa besar manfaat Pendidikan pesantren sebagai bekal menjalani kehidupan.

 

Hari Santri Nasional 2023 tahun ini mengangkat tema “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Menurut Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas tema tersebut berisi ajakan kepada para santri untuk melakukan jihad intelektual. “Kami ajak para santri untuk terus berjuang membangun kejayaan negeri dengan semangat jihad intelektual di era transformasi digital.”

Tema Jihad Santri Jayakan Negeri dapat dimaknai secara historis dan kontekstual. Secara historis, tema ini mengingatkan bahwa para santri memiliki andil besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Secara kontekstual, tema ini menegaskan bahwa santri harus terus berkontribusi aktif dalam memajukan negeri, dan tidak identik dengan berperang mengangkat senjata.

Logo Hari Santri Nasional mengusung gambar dan simbol berupa bendera merah putih dan api berkobar, jaringan digital, empat pilar, titik berwarna kuning di atas empat pilar, simbolisasi huruf Nun, dan goresan tinta. Berikut Makna Logo Hari Santri Nasional 2023.

Pertama, bendera merah putih dan api yang berkobar, mengandung makna semangat nasionalisme. Salah satu ciri santri adalah mencintai tanah air.

Kedua, jaringan digital, mengandung makna transformasi teknologi digital yang juga dilakukan Santri.

Ketiga, empat pilar, bermakna empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Keempat, titik kuning di atas empat pilar, mengandung makna santri siaga menjaga empat pilar kebangsaan.

Kelima, simbolisasi huruf nun yang menyerupai tempat tinta adalah simbol pengetahuan.

Keenam, goresan tinta mengandung makna jihad santri zaman ini adalah mengembangkan ilmu pengetahuan demi kejayaan negeri.

Berikut lirik Mars Hari Santri.

22 Oktober 45

Resolusi Jihad panggilan jiwa

Santri dan ulama tetap setia

Berkorban pertahankan Indonesia

 

Saat ini kita telah merdeka

Mari teruskan perjuangan ulama

Berperan aktif dengan dasar Pancasila

Nusantara tanggung jawab kita

 

Hari Santri, Hari Santri, Hari Santri

Hari Santri bukti cinta pada negeri

Ridho dan rahmat dari Ilahi

NKRI harga mati

Ayo santri, ayo santri, ayo santri

Ayo ngaji dan patuh pada Kiai

Jayalah bangsa, jaya negara

Jayalah pesantren kita

Mari bersiap kita berangkat

Ke pesantren dengan penuh semangat

Raih cita-cita luruskan niat

Mengabdi untuk kemaslahatan umat

Hari Santri, Hari Santri, Hari Santri

Hari Santri bukti cinta pada negeri

Ridho dan rahmat dari Ilahi

NKRI harga mati

Ayo santri, ayo santri, ayo santri

Ayo ngaji dan patuh pada kiai

Jayalah bangsa, jaya negara

Jayalah pesantren kita

Jayalah bangsa negara

Jayalah Indonesia

Jayalah indonesia.

 

Beberapa teman menggoreskan pena di Hari Santri sebagai berikut.

Wahai-saudara-saudaraku

Tulisanmu, narasimu, dan deru takbirmu adalah peluru.

 

Kekuatan Moral

Puncak ketakutan itu keberanian

Puncak keberanian itu perlawanan

Puncak perlawanan itu kesabaran

Puncak kesabaran itu tawakal

Berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa

Itulah roh Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari dkk

Pada 22 Oktober 1945

Sebagai landasar moral perjuangan.

 

HARI SANTRI, 22 Oktober 2023 Ahad Legi

Hari Santri simbol kontribusi para kiyai.

Para santri pertahankan kemerdekaan NKRI.

Dengan resolusi jihad yang mereka kaji dari disiplin fikih.

Bak para akademisi melalui diskusi-diskusi dengan natijah atau konklusi.

Wajib hukumnya pertahankan kemerdekaan RI.

Dengan seruan jihad atau perang melawan penjajah yang berkolaborasi.

Ingin tetap memeras dan menguras tanah tumpah darah negeri ini.

Sungguh di luar dugaan justru seruan para kiyai efektif dan efisiensi.

Bisa mengusir mereka yang ingin melakukan aneksasi.

Tugas para kiyai dan santri belum selesai.

Meneruskan khittah para ulama terutama Hadlratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari.

Berjuang untuk kebaikan bangsa dan negara yang kita cintai.

Dengan mengatur semua sisi kehidupan agar menjadi islami.

Rakyat sejahtera, anak-anak muda bisa bekerja, tanpa konflik dan hidup sangat damai.

Semoga kita semua bisa melanjutkan perjuangan para kiyai dan santri dengan banyak berkontribusi.

Bukankah seperti ini yang harus dijadikan i’tibar untuk NKRI?

 

Selamat Hari Santri.

Semoga tetap menjadi santri untuk selamanya.

 

*Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag. Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, penulis 64-an buku beraneka tema.

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here