KONFLIK ISRAEL-PALESTINA: DAMPAK PSIKOLOGIS DAN KELAPARAN

0
597

Oleh: Eni Setyowati

“Jika kami tidak dibom sampai mati, kami akan mati kelaparan. Ini adalah ketakutan yang sangat besar. Saya tidak perlu menjelaskan betapa menyakitkannya hal itu. Selama masa krisis ini, kita terpaksa meminum air apa pun yang kita temukan, meskipun air tersebut tidak bersih.”

Konflik antara Israel dan Palestina telah menarik perhatian dunia internasional, yang memunculkan ketegangan intensif dengan dampak korban jiwa yang signifikan. Eskalasi konflik ini dapat ditemukan dalam provokasi berulang Israel terhadap warga Palestina, terutama terkait perluasan permukiman Israel di wilayah Palestina. Dampak konflik ini sangat merugikan kehidupan masyarakat di kedua belah pihak yang terlibat. Selain itu, nilai kedalaman psikologis dari berita ini menciptakan keterkaitan yang kuat antara pemirsa dan subjek peristiwa, karena melibatkan elemen emosi, pikiran, dan jiwa. Berita ini memiliki nilai human interest yang mengesankan jiwa, emosi, dan empati mereka yang mengikuti perkembangan konflik ini.

Bagi warga Palestina, kondisi politik dan sosial di bawah pendudukan Israel telah menyebabkan dampak yang mendalam pada kesejahteraan psikologis warga Palestina, menciptakan luka yang sulit sembuh. Palestina bahkan mengalami tingkat gangguan kesehatan mental tertinggi di Timur Tengah. Faktor-faktor seperti tingginya tingkat kematian anak dan perubahan status kesehatan menjadi faktor utama yang meningkatkan tingkat gangguan kesehatan mental. Konflik berskala besar, kesehatan yang terganggu, dan ketidakstabilan politik semuanya berkontribusi pada peningkatan tekanan psikologis, trauma, dan deteriorasi kesehatan mental.

Beberapa dampak psikologis yang signifikan antara lain: (1) Trauma perang. Anak-anak dan dewasa di Palestina sering mengalami trauma perang akibat paparan terhadap kekerasan, bom, dan pengalaman perang lainnya. Trauma ini dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan mental mereka. Perang dapat memberikan dampak signifikan, baik secara fisik maupun psikologis. Tidak hanya warga sipil di daerah konflik yang terpengaruh, tetapi seluruh masyarakat yang mendapatkan informasi langsung melalui internet juga akan terpapar. Banyak orang merasa empati, terutama mereka dengan riwayat penyakit jantung atau yang lebih rentan mengalami dampak psikologis. (2) Ketidakamanan emosional. Kehidupan sehari-hari yang diwarnai oleh ketegangan dan ancaman dapat menciptakan perasaan ketidakamanan yang konstan. Hal ini memengaruhi kesejahteraan emosional dan mental penduduk. (3) Ketidakpastian dan kehilangan keluarga. Banyak keluarga yang kehilangan anggota keluarga mereka akibat konflik. Kehilangan ini menciptakan rasa duka yang mendalam dan meningkatkan tingkat kecemasan dan depresi di antara orang-orang yang ditinggalkan. Gangguan mental ini cenderung muncul pada orang yang terlibat langsung di negara konflik, seperti warga sipil, tenaga medis, relawan sosial, dan jurnalis. Dampaknya dapat berlanjut dalam kehidupan sehari-hari dan menciptakan pengalaman deja vu terhadap peristiwa traumatis tersebut. Masyarakat dapat mengalami trauma dan beban emosional yang terakumulasi, mengarah pada perubahan perilaku tanpa disadari. Ini bisa mencakup peningkatan agresivitas, kepekaan berlebihan, sikap benci, dan ketakutan terhadap semua orang.

(4) Gangguan psikologis pada anak-anak. Anak-anak yang tumbuh dewasa di tengah konflik sering mengalami gangguan tidur, mimpi buruk, kecemasan, dan masalah perilaku lainnya. Mereka juga dapat mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dan kinerja akademis. (5) Ketidakstabilan mental pada orang dewasa. Orang dewasa juga dapat mengalami berbagai masalah kesehatan mental, termasuk depresi, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal. Gangguan kecemasan dapat mempengaruhi semua orang yang menyaksikan peristiwa kekerasan seperti serangan terhadap Palestina. Dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat dan relawan yang terlibat secara langsung. (6) Keterbatasan akses ke layanan kesehatan mental. Keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan mental di wilayah yang terkena konflik dapat mempersulit upaya pemulihan. Faktor seperti penghancuran infrastruktur dan keterbatasan sumber daya menyulitkan penduduk Palestina untuk mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. (7) Efek jangka panjang. Dampak psikologis konflik Palestina dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang, bahkan setelah konflik berakhir. Masa depan yang tidak pasti dan ketidakamanan yang berkelanjutan dapat membuat kesulitan bagi individu dan komunitas untuk pulih secara menyeluruh.

Sebagai upaya membantu mengatasi dampak psikologi konflik tersebut, organisasi kemanusiaan dan lembaga bantuan internasional berusaha memberikan dukungan kesehatan mental kepada penduduk Palestina yang terkena dampak konflik, namun tantangan yang dihadapi tetap besar. Upaya untuk memahami dan mengatasi dampak psikologis konflik adalah bagian penting dari pemulihan kemanusiaan di wilayah tersebut.

Selain dampak psikologis, rakyat Palestina saat ini tengah menghadapi krisis pangan yang mengancam nyawa mereka, dengan fokus utama pada mencari makanan dan minuman sebagai prioritas utama. Israel telah melancarkan serangan tanpa henti sejak 9 Oktober, menyebabkan pengepungan penuh di Palestina. Dampaknya melibatkan pemutusan pasokan makanan, air, bahan bakar, listrik, dan kebutuhan dasar lainnya di wilayah yang terkepung. Setelah satu bulan pengeboman yang terus menerus, warga Palestina di Gaza kini mengalami kehabisan sumber daya, termasuk berkurangnya bahan bakar untuk generator dan kehabisan persediaan makanan darurat. Kekhawatiran akan serangan udara dan kematian telah menjadi sekunder dibandingkan dengan kebutuhan mendesak akan makanan. Kondisi ini sangat mempengaruhi sebagian besar warga Gaza, terutama orang lanjut usia, orang sakit, dan anak-anak. Supermarket telah kosong, toko-toko dan toko roti berulang kali menjadi target serangan, sementara masjid-masjid dan infrastruktur air juga tidak luput dari pemboman Israel. Titik-titik air dan panel surya juga mengalami kerusakan akibat serangan tersebut.

Perang memiliki dampak negatif yang cukup besar pada kesejahteraan mental seluruh lapisan masyarakat. Sebagai generasi penerus, penting bagi kita untuk turut serta dalam menyuarakan perdamaian antara kedua belah pihak. Melibatkan diri dalam mencari solusi terbaik untuk perdamaian adalah langkah yang lebih baik daripada saling menyalahkan. Tujuan utamanya adalah mencegah terjadinya lebih banyak korban jiwa di masa depan. Meskipun tidak dapat memberikan bantuan langsung ke daerah konflik, mendukung kesehatan mental dan memperjuangkan keadilan bagi yang tertindas adalah tanggung jawab bersama. Perang ini tidak hanya berkaitan dengan perselisihan agama, tetapi juga tentang kemanusiaan, dan tidak perlu seagama untuk mendukung perdamaian bagi Palestina.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here