Idul Fitri Lebih “Merunduk”
Oleh Agung Kuswantoro
Idul Fitri adalah momentum untuk lebih “merundukkan” hati dan pikiran. Idul Fitri banyak yang ingin dicapai oleh seseorang. Biasanya seseorang akan membeli baju, makanan, berkunjung dan rekreasi, dan segala macam keinginan lainnya.
Idul Fitri bagi saya sederhana saja yaitu ingin “merundukkan” (lagi) hati dan pikiran. Harus lebih memikirkan keduanya: hati dan pikiran. Jika saat Idul Fitri ke-2 kebutuhan (akal dan pikiran) tersebut itu “lepas” atau tidak terpenuhi, maka manusia bisa jadi seperti hewan. Sehingga disaat senang – seperti Idul Fitri – maka manusia harus mampu merundukkan hati dan pikirannya.
“Merunduk” adalah hasil dari puasa. Buah dari puasa itulah “merunduk”. “Merunduk” (bisa jadi) ciri orang beriman. Sudah tidak saatnya, kita saat merayakan Idul Fitri itu dengan eforia (berlebih). Senang ya, secukupnya saja, karena Idul Fitri adalah hari kemenangan.
Ajaklah diri untuk “merunduk”. Ajaklah hati dan pikiran dalam menyambut Idul Fitri ini. Eforia/senang itu boleh, tapi secukupnya. Jangan terlalu berlebihan dalam bereforia/kesenangan. Karena Allah tidak suka dengan segala sesuatu yang melampaui batas. Semoga, kita bisa “merunduk”. Amin. []
Semarang, 29 Maret 2023
Ditulis di Kantor UPT Kearsipan UNNES jam 09. 30 – 09. 45 Wib.