Jihadnya Seorang Anak yang Mengalami Trauma Masa Lalu Bersama Ibunya

0
228
Kasih Sayang Seorang Ibu Akan Melahirkan Kasih sayang Anak Terhadap Ibunya. Sumber Gambar : Pixabay.com

Berbakti kepada seorang ibu yang telah merawat dan mendidik kita dengan penuh kasih sayang adalah hal biasa dan wajar. Justru sangat mengherankan jika ada seorang anak yang bersikap kasar dan tidak memperlakukan seorang ibu dengan baik, padahal ia telah mendapatkan kasih sayang yang tiada terkira. Meski biasa dan wajar, bukan berarti pahala dan keutamaannya biasa-biasa saja. Al Qur’an dan hadits telah banyak mengabarkan tentang keutamaan berbakti kepada orang tuanya, terlebih kepada ibu.

Salah satu keutamaan berbakti kepada kedua orang tua yaitu bisa menghilangkan kesusahan di dunia. Terkait hal ini saya teringat suatu hadits yang diriwayatkan dari  Ibnu Umar. Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa ada 3 orang yang melakukan perjalanan dan singgah di sebuah gua. Saat berada di dalam gua, tiba-tiba ada bongkahan batu besar yang menutupi pintu keluar. Kekuatan fisik ketiga orang itu tidak bisa menyingkirkan batu yang menghalangi jalan keluar. Akhirnya mereka berinisiatif untuk berdo’a memohon kepada Allah dengan menyebutkan amal shalih yang telah dilakukan.

Salah satu dari tiga orang tersebut mengandalkan amal shalih berupa baktinya pada kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia. Ia senantiasa mengutamakan orangtuanya untuk minum susu terlebih dahulu sebelum memberikan kepada anaknya maupun binatang ternaknya. Pada suatu hari ia harus keluar mencari kayu dan mendapati kedua orang tuanya telah tidur saat ia pulang ke rumah. Ia tetap membuatkan susu namun tidak berani membangunkannya. Susu tersebut tetap dipegang sampai cahaya fajar mulai terbit dan kedua orang tuanya terbangun. Dalam kondisi itu, anaknya sebetulnya juga merengek minta susu, tapi orang ini tetap mengutamakan agar kedua orang tuanya terlebih dahulu untuk minum susu. Amalan shlaih yang diandalkan ini ternyata dikabulkan oleh Allah sehingga batunya sedikit tergeser.

Mengetahui keutamaan tersebut, sebagai anak yang berpikiran sehat dan normal tentu ingin semakin banyak berbakti kepada kedua orang tuanya. Tapi permasalahannya, para anak yang ingin membalas budi orang tua, ingin terus berbakti dan membahagiakan orang tua, dan rela melakukan apa saja agar orang tua bahagia biasanya adalah anak-anak yang full kasih sayang dari orang tua di masa silamnya. Jadi, motivasi dari luar berupa “iming-iming” pahala dan berbagai keutamaan menempati posisi kedua. Hal yang paling mendasari ia ingin membahagiakan orang tua yaitu karena ia telah terlebih dahulu diberikan kebahagiaan dan kasih sayang yang besar oleh orang tuanya.

Saya Alhamdulillah termasuk salah satu orang yang beruntung karena dibesarkan oleh kedua orang tua saya, terutama ibu -sebagai orang yang mengandung, melahirkan dan merawat saya- dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Kasih sayang ini melebihi segalanya, bahkan jika dibandingkan dengan materi berupa harta benda maka kasih sayang jauh lebih berharga. Saya tidak terlahir dari ibu yang bisa memenuhi setiap apa yang saya minta, namun saya justru merasa sangat berterima kasih karena dengan hal ini maka saya bisa mengetahui makna sebuah kesabaran dan perjuangan.

Kasih sayang yang Alhamdulillah begitu mudah saya berikan kepada ibu, nyatanya tidak semua anak bisa melakukannya. Alih-alih memberikan penghormatan dan kasih sayang, bisa hidup rukun dan harmonis saja rasanya susah. Kasus semacam ini terjadi pada seorang anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari ibunya. Saat dikandung tidak begitu dirawat dengan baik, begitu juga saat sudah lahir ke dunia ternyata tidak dibesarkan dengan penuh perhatian. Jika masih ada neneknya dan ia mengambil peran sebagai orang yang mengasihi bayi mungil hingga merawatnya sampai dewasa dengan penuh kasih sayang, maka bukan hal mustahil jika si nenek akan lebih disayangi oleh bayi mungil yang telah menjelma menjadi manusia dewasa ini.

Menjadi manusia normal dan ideal dengan tetap menyayangi ibu meskipun masa kecilnya tidak disayangi bahkan ditelantarkan dan disia-siakan adalah sebuah jihad yang sangat besar. Tidak mudah untuk melakukannya. Bagaimanapun, luka masa lalu masih saja membekas dan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi seorang anak untuk bersikap kepada ibunya.

Namun demikian, sebagai seorang muslim harus tetap berusaha meyakini bahwa takdir Allah adalah yang terbaik. Pasti ada hikmah yang akan diberikan oleh Allah. Allah pasti akan memberikan balasan kebaikan-kebaikan bagi seorang anak yang mau berproses melepaskan pengalaman pahit masa lalu. Bagaimanapun, kedudukan orang tua tetap harus diperlakukan dengan baik. Bahkan, saat orang tua mengajak pada kekafiran, kita sebagai anak juga tetap berkewajiban berbuat baik, sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an surah Luqman ayat 15.

Kisah tentang Abu Hurairah bersama ibunya berikut ini semoga bisa semakin memperluas sudut pandang dan menyemai kebesaran jiwa kita semua.

Abu Hurairah yang kita kenal sebagai periwayat hadis, ternyata memiliki ujian yang besar terkait hubungannya dengan ibunya. Ibunya adalah seorang kafir yang tidak hanya mau menyatakan keislamannya, tapi juga menjelek-jelekan Abu Hurairah dan Nabi Muhammad. Abu Hurairah begitu sedih dan takut jika nanti ibunya meninggal dalam kondisi su’ul khatimah. Ajakan dan nasehat terus disampaikan pada ibunya yang masih kafir, namun semuanya kandas. Sampai akhiranya Abu Hurairah minta kepada nabi untuk mendo’akan ibunya agar menyatakan keislamannya. Allah mengabulkan do’a nabi Muhammad sehingga ibu dari Abu Hurairah bersyahadat menyatakan diri untuk masuk islam.

Kebesaran jiwa seorang anak untuk memaafkan ibu yang telah memperlakukannya dengan cara yang kurang baik adalah hal yang perlu dilatih. Jika bisa memilih, tentu saja semua anak akan memilih dilahirkan dan dirawat oleh orang tua yang benar-benar mencintainya secara tulus dan selalu memberikan kasih sayangnya. Akan tetapi, kadang takdir Allah tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Maka dari itu, untuk memperingan langkah dalam memaafkan kesalahan ibu di masa lalu, menggapai ridho Allah adalah tujuan utama yang harus diraih. Meniatkan agar bisa menjadi wasilah amal shalih sehingga bisa bermanfaat dalam kehidupan dunia sebagaimana kisah di awal tulisan ini juga tidak ada salahnya. Tentu, dalam mengarungi kehidupan ini kita akan bertemu dengan berbagai ujian kebahagiaan dan kesedihan, kelapangan dan kesempitan, ketenangan dan kegelisahan. Untuk mendapatkan kebahagiaan sejati maka salah satunya dengan memanjatkan do’a yang telah dilengkapi dengan amunisi washilah amal shalih.

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here