PALESTINA… PALESTINA…

0
173

Oleh: Prof. Dr. Muhammad Chirzin

Negara Palestina berada di Asia Barat, antara Laut Tengah dan Sungai Yordan. Didirikan pada tanggal 15 November 1988, dan secara resmi diperintah oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Wilayahnya meliputi Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza, yang semuanya telah menjadi wilayah pendudukan Israel sejak Perang Enam Hari tahun 1967.

Tepi Barat memiliki 165 daerah kantong Palestina yang sebagian berada di bawah kekuasaan Palestina. Sisanya, berada di bawah kendali penuh Israel. Jalur Gaza yang diperintah oleh Mesir ditaklukkan oleh Israel pada tahun 1967. Israel memerintah wilayah tersebut hingga menarik diri pada tahun 2005. Hamas merebut kekuasaan di sana setelah memenangkan pemilihan legislatif Palestina tahun 2006. Sejak itu Jalur Gaza diblokade oleh Israel dan Mesir.

Sebagian besar negara di dunia, termasuk anggota Organisasi Kerjasama Islam, Liga Arab, Gerakan Non-Blok, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, dan beberapa negara bekas Uni Soviet telah mengakui keberadaan Palestina sebagai sebuah negara berdaulat.

Pada tahun 1948 pecah Perang Arab-Israel. Selama perang, Israel memperoleh wilayah tambahan, karena menang perang. Mesir memperoleh kendali atas Jalur Gaza, dan Transyordania mendapatkan kontrol atas Tepi Barat.

Selama perang, Israel memperoleh wilayah tambahan yang ditetapkan sebagai bagian dari negara Arab berdasarkan rencana PBB. Mesir menduduki Jalur Gaza dan Transyordania menduduki dan kemudian mencaplok Tepi Barat. Mesir awalnya mendukung pembentukan Pemerintahan Seluruh Palestina, tetapi membubarkannya pada tahun 1959.

Pada tahun 1964 Organisasi Pembebasan Palestina didirikan dengan tujuan untuk menghadapi Israel. Pada tahun 1967 Perang Enam Hari antara Mesir, Yordania dan Suriah melawan orang Israel, berakhir dengan ekspansi teritorial signifikan oleh Israel. Perang Enam Hari pada tahun 1967 berakhir dengan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta wilayah lainnya.

Pada 22 November 1974, KTT Liga Arab menunjuk Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sebagai wakil sah tunggal rakyat Palestina, dan menegaskan kembali hak mereka untuk mendirikan negara merdeka yang mendesak.

Organisasi Pembebasan Palestina telah memiliki status pengamat di Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai entitas non-negara sejak 22 November 1974, yang memberikan hak untuk berbicara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, tetapi tidak memiliki hak suara. Setelah Deklarasi Kemerdekaan, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa secara resmi mengakui proklamasi dan menggunakan sebutan Palestina.

Wilayah Palestina saat ini terbagi menjadi dua entitas politik, yaitu wilayah pendudukan Israel, dan Otoritas Nasional Palestina. Deklarasi Kemerdekaan Palestina dinyatakan pada 15 November 1988 di Aljazair oleh Dewan Nasional Palestina dan Organisasi Pembebasan Palestina.

Otoritas Nasional Palestina atau Palestina merupakan sebuah negara yang berbentuk Republik Parlementer. Palestina mengumumkan eksistensinya bukan karena mendapat konsesi politik dari negara lain, melainkan untuk mengikat empat juta kelompok etnis dalam satu wadah, yaitu negara Palestina. Dalam pengumuman itu ditetapkan pula bahwa Yerusalam Timur akan dijadikan ibu kota negara.

Pada tahun 1993, dalam Perjanjian Oslo, Israel mengakui tim negosiasi PLO sebagai mewakili rakyat Palestina, dengan imbalan PLO mengakui hak Israel untuk eksis dalam damai, dan sejak tahun 1998 Organisasi Pembebasan Palestina diatur untuk duduk di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Berdirinya negara Palestina didorong oleh keinginan untuk menyatukan penduduk Palestina yang terdiri atas beraneka ragam etnis. Pengumuman berdirinya negara ini dilakukan oleh Ketua PLO Yasser Arafat yang kemudian menjadi Presiden Palestina.

Lembaga internasional turut memberi dukungan kepada Palestina. Sekretaris Jenderal PBB mengundang Yasser Arafat untuk menyampaikan pidatonya dalam sidang di New York pada Desember 1988. Namun Pemerintah Amerika Serikat menolak memberikan visa masuk kepada Arafat, sehingga tempat sidang pun dipindahkan ke Jenewa. Dalam pidatonya, Arafat menegaskan bahwa PLO ingin menjalin kontak langsung dengan Amerika. Namun karena lobi Yahudi Amerika yang kuat, Palestina gagal memperoleh pengakuan dari Amerika.

Terdorong keinginan untuk memperjuangkan tanah yang telah dijadikan bagian dari negara Yahudi Israel sejak tahun 1987, penduduk Palestina mengorganisasi gerakan Intifadah, sebagai perjuangan sipil yang bertujuan mengembalikan tanah Palestina sebelum terbentuknya negara Israel. Kebanyakan para pejuang Intifadah dulu bertempat tinggal di daerah yang sekarang menjadi bagian dari negara Israel, dan pindah ke pengungsian akibat pengusiran setelah Perang Enam Hari.

Di dalam pengungsian, terdorong oleh rasa tertindas dan keinginan untuk merebut kembali rumah dan tanah yang dulu mereka tempati turun-temurun, penduduk Palestina dan pengungsi dari wilayah israel bersama-sama mengobarkan intifadah yang berarti perjuangan untuk melawan tirani dan penindasan.

Dalam pandangan cendikiawan dan media Barat, intifadah sering kali disalahartikan sebagai bentuk mengobarkan kebencian dan permusuhan kepada pemerintahan Israel dan bangsa Yahudi dalam bentuk apa pun dan tanpa sebab yang jelas. Faktanya, perlawanan ini timbul karena adanya rasa tertindas akibat pengusiran paksa dan trauma atas kehilangan tanah dan sanak famili mereka.

Secara de jure, Kepala negara yang berkuasa saat ini masih dalam persengketaan antara Presiden Mahmoud Abbas dari Faksi Fatah, dan Ketua Dewan Legislatif Palestina Aziz Duwaik. Namun, secara de fakto, otoritas Palestina di bawah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas hanya menguasai wilayah Tepi Barat. Wilayah Gaza dikuasai oleh Hamas di bawah pimpinan mantan Perdana Menteri Ismail Haniyeh, setelah Hamas merebut wilayah ini dari otoritas Palestina pada tahun 2007.

Di Indonesia, pada Ahad 5 November 2023 ribuan massa memenuhi Kawasan Monumen Nasional (Monas) Jakarta untuk mengikuti Aksi Akbar Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina. Sebagian besar mereka membawa bendera, syal, dan baju berlambang Palestina, serta poster-poster kecaman atas keganasan Israel menyerang Palestina yang berdampak pada anak-anak, ibu-ibu, dan fasilitas-fasilitas umum seperti rumah sakit, sekolah, dan masjid-masjid.

Sejumlah perwakilan Lembaga negara, yakni Ketua DPR Puan Maharani, Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi hadir di sana, termasuk menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy, mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, dan Ketua Prakarsa Persahabatan Indonesia-Palestina Din Syamsuddin, serta mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim menyatakan bahwa aksi yang terdiri atas lintas agama, lintas ormas, lintas golongan mengutuk agresi dan pendudukan Israel terhadap bangsa Palestina.

Din Syamsuddin, Ketua PP Muhammadiyah 2005-2015, menyebutkan Aksi Akbar Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina dilaksanakan karena rakyat Palestina yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia. “Inilah bangsa Indonesia yang cinta damai, umat beragama yang berakhlak mulia. Membela Palestina pertama dan utama sesuai amanat Pembukaan UUD 1945 untuk mewujudkan perdamaian abadi, dan menghilangkan penjajahan di muka bumi.”

Di panggung Aksi Akbar Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina di Monas, Jakarta Pusat tersebut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membacakan puisi berjudul Palestina Saudaraku terkait mirisnya hati melihat agresi Israel di Palestina.

Anak-anak Palestina itu menangis karena terluka

Dia tidak bisa berkata

Ia tidak tahu di mana bapak-ibunya

Setiap sepuluh menit, satu anak wafat

Ribuan orang tua kehilangan anak

Tak terbilang berapa ribu anak kehilangan orang tuanya

Pada setiap tangan tertulis nama warga Palestina

Karena mereka tidak ingin mati tanpa penanda

Kondisi sosial-ekonomi warga Palestina hancur berantakan

Membuat mereka bertanya-tanya, kapan kekejaman ini akan berhenti dan kapan keadilan itu akan menghampiri

Aku dan Indonesiaku pantang mundur, akan terus membantu

Indonesia akan terus bersama Palestina sampai penjajah itu enyah dari rumah-rumah warga Palestina

Palestina

Kau adalah saudaraku

Dan aku, Indonesiaku, akan selalu bersamamu.         

 

“Kita ingin dunia mendengar, dari tanah Indonesia kita menyatakan penolakan terhadap penjajahan,” ujar Anies Baswedan.

Free free Palestina!

Free free Palestina!

Free free Palestina!

 

*Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag., Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, penulis 64 buku, khatib Shalat Istisqa dan Doa untuk Palestina di Lapangan Balaikota Yogyakarta pada hari Sabtu, 28 Oktober 2023.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here